Friday 18 September 2015

Novel Anak badungan (part 1)


Pagi ini aku harus cepat-cepat ke sekolah,aku tak ingin ketinggalan masa orientasi di sekolah baruku. Dengan memakai seragam merah putih aku tergopoh-gopoh menuju sekolahan yang tak jauh dari rumah. Aku bersekolah di pondok pesantren Darul Funun El-Abbasiyah Padang Japang,sekolah yang pada awalnya sentral pendidikan namun kemudian mati. Aku berminat masuk sekolah ini bukan karna santrinya sedikit jadi memudahkan persaingan. Aku berdiri di sini dengan niat yang tulus dan iklash. Memang kami merupakan putra Padang Japang yang masuk ke sini dengan IJAZAH,tapi itu tak menggoyahkan niat ku untuk menuntut ilmu agama.
            Aku tiba di sekolah pada jam 06.40, mulai memandangi siapa yang akan menjadi teman ataupun lawan. Kebanyakan dari semua santri yang sekelas dengan ku kelahiran 1996. Aku menjadi santriwan termuda saat itu. Aku mulai menyapa, dan orang yang pertama sekali ku kenal adalah Rhakhis, namanya unik seperti orangnya, kecil, pemberani dan pantang menyerah, namun namanya sangat berbeda dengan sifatnya. Setahuku Rhakhis alam bahasa arab artinya pemurah, namun ia pelit. Biarlah!!!
            “Semua santri baru berkumpul di lapangan dengan atribut lengkap” kata salah seorang instruktur kami yang berbadan tegap, kulit kehitam-hitaman, wajah kasar dan suara lantang yang kuketahui namanya Rudi. Aku tergolong santri yang mempunyai badan menengah, makanya aku berbaris di bagian tengah. Kak rudi memberi pengarahan kepada kami bahwa pagi ini akan ada pengarahan dari pimpinan sekolah bapak Drs.Anas, ohya anak bapak ini ternyata juga sekelas dengan ku. Sebenarnya kami adalah teman semasa Sekolah dasar dulu (SD). Aku yakin dia akan menjadi pesaing utama liga anak kampong di pesantren ini, tapi dikemudian hari segala sesuatunya berubah. Nanti kuceritakan !
Aku memang type cowok yang kurang perhatian pada keadaan sekitar ku. Bayangkan aku hanya mengenal  5 orang santri perempuan selama MOS, itu pun teman-teman semasa SD dulu. Sedangkan santriawan lain sudah hampir hafal nama-nama teman sekelas. Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Biarlah!!!
            90 menit berlalu, akhirnya bapak ini mengakhiri pengenalan terhadap sekolah. Namun apa yang di sampaikan oleh bapak tadi tak satupun yang masuk ke tali otakku. Beliau mengenalkan ini itu, maka otakku juga berkelana kesana kemari. Memang calon penetang kelas kakap di zaman perdamaian ini. Aku memang paling benci jika harus duduk lama di kelas dan mendengarkan orang bercerita, pengenalan bapak tadi ku anggap sebagai music jazz yang menemani perjalananku ke bulan. Sedangkan aku sendiri sangat tidak suka dengan music jazz. Dampakanya adalah ketika ada orang yang betanya tentang asal usul sekolah aku tidak tahu.
            “Baiklah sekarang kita akan melakukan kegiatan di luar kelas, jadi tolong pakai semua atributnya!!” perintah seorang instruktur yang bernama Yuli.
            “baik adik-adik sekarang kakak mau mengajak adik-adik bermain sayap elang” gumam instruktur yang bernama randi membuat perutku ingin muntah,menurutku suara laki-laki itu harus tegas, keras, bukannya seperti suara bencong yang meraung guna mendapatkan target di tempat dinasnya
            “Ada yang sudah tahu dengan permainan ini??”pekiknya lagi yang kali ini ku balas dengan dengusan, jangankan permainannya, nama permainan ini baru kali ini ku dengar
            Tiba-tiba !!!!
            Pluk !!! seseorang melemparku dari belakang,,” ternyata kau kurcaci penik” ujarku setelah melihat ke belakang. ” tenang sobat jangan lekas marah, ku lihat kau tidak suka dengan kak randi?? dari tadi ku perhatikan setiap perkataannya kau balas dengan dengusan??” gumam dani seolah telah berhasil menenangkanku. Tahu apa dia tentang diriku dan orang yang kurang ku senangi.”aku tahu kau benci bukan dengan orangnya tapi dengan gaya berbicaranya yang kayak cewek kegatelan” ujar dani menebak fikiranku. ”ya,aku benci gaya berbicaranya sama seperti ku membenci mu, cuman kalau dia yang ku benci adalah gaya bicaranya kalau kau sifat kau yang seperti bencong sekolahan” semprotku yang membuat muka dani berubah menjadi hitam seketika setelah kupermalukan di depan orang rami
            Hari-hari ketika MOS adalah hari yang lucu,menyenangkan dan menggelitik sehingga mengundang tawa di setiap saat. Orang menganggap MOS adalah masa untuk melepaskan tawa dengan teman-teman baru, saling canda, riang dan sebagainya. Namun semua persepsi yang ku anut berbeda dengan mereka semua, aku menganggap MOS adalah masa untuk mengenalkan penjara yang akan dihuni oleh puluhan kurcaci jebolan sekolah dasar yang masih bau kencur, masih takut berpisah degan orang tua. Hal itu terbukti pada hari ini, hari kedua MOS. Kakak-kakak instruktur yang mula-mula bermuka manis,mulai berubah menjadi kasar. Teman-teman sudah mulai cengen karna orang tua sudah tidak ada lagi. Dan orang yang paling cengeng yang ku kenal adalah aldo, ia menangis karna dibentak kak rudi yang menanyakan kenapa tidak membawa nasi yang di perintahkan kemarin. Saking manjanya anak itu usai di bentak ia langsung lari pulang dan tak pernah muncul di sekolah kami lagi.ia minta pindah ke tempat lain dan ketika ku tanya alasan ia pindah adalah,” aku ingin mencari sekolah seperti surga bukan neraka seperti ini”. aku menghela nafas “kalau kau ingin mencari sekolah seperti surga bukan di sini,tempatnya adalah sekolah pelayan,maka kau akan menemukan bidadari-bidari dunia”gumamku dalam hati

bersambung......