Pagi ini aku
harus cepat-cepat ke sekolah,aku tak ingin ketinggalan masa orientasi di
sekolah baruku. Dengan memakai seragam merah putih aku tergopoh-gopoh menuju
sekolahan yang tak jauh dari rumah. Aku bersekolah di pondok pesantren Darul
Funun El-Abbasiyah Padang Japang,sekolah yang pada awalnya sentral pendidikan
namun kemudian mati. Aku berminat masuk sekolah ini bukan karna santrinya
sedikit jadi memudahkan persaingan. Aku berdiri di sini dengan niat yang tulus
dan iklash. Memang kami merupakan putra Padang Japang yang masuk ke sini dengan
IJAZAH,tapi itu tak menggoyahkan niat ku untuk menuntut ilmu agama.
Aku tiba di sekolah pada jam 06.40, mulai
memandangi siapa yang akan menjadi teman ataupun lawan. Kebanyakan dari semua
santri yang sekelas dengan ku kelahiran 1996. Aku menjadi santriwan termuda
saat itu. Aku mulai menyapa, dan orang yang pertama sekali ku kenal adalah
Rhakhis, namanya unik seperti orangnya, kecil, pemberani dan pantang menyerah, namun
namanya sangat berbeda dengan sifatnya. Setahuku Rhakhis alam bahasa arab
artinya pemurah, namun ia pelit. Biarlah!!!
“Semua santri baru berkumpul di
lapangan dengan atribut lengkap” kata salah seorang instruktur kami yang berbadan
tegap, kulit kehitam-hitaman, wajah kasar dan suara lantang yang kuketahui
namanya Rudi. Aku tergolong santri yang mempunyai badan menengah, makanya aku
berbaris di bagian tengah. Kak rudi memberi pengarahan kepada kami bahwa pagi
ini akan ada pengarahan dari pimpinan sekolah bapak Drs.Anas, ohya anak
bapak ini ternyata juga sekelas dengan ku. Sebenarnya kami adalah teman semasa
Sekolah dasar dulu (SD). Aku yakin dia akan menjadi pesaing utama liga anak kampong
di pesantren ini, tapi dikemudian hari segala sesuatunya berubah. Nanti kuceritakan
!
Aku memang
type cowok yang kurang perhatian pada keadaan sekitar ku. Bayangkan aku hanya
mengenal 5 orang santri perempuan selama
MOS, itu pun teman-teman semasa SD dulu. Sedangkan santriawan lain sudah hampir
hafal nama-nama teman sekelas. Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Biarlah!!!
90 menit berlalu, akhirnya bapak ini
mengakhiri pengenalan terhadap sekolah. Namun apa yang di sampaikan oleh bapak
tadi tak satupun yang masuk ke tali otakku. Beliau mengenalkan ini itu, maka
otakku juga berkelana kesana kemari. Memang calon penetang kelas kakap di zaman
perdamaian ini. Aku memang paling benci jika harus duduk lama di kelas dan
mendengarkan orang bercerita, pengenalan bapak tadi ku anggap sebagai music
jazz yang menemani perjalananku ke bulan. Sedangkan aku sendiri sangat tidak
suka dengan music jazz. Dampakanya adalah ketika ada orang yang betanya tentang
asal usul sekolah aku tidak tahu.
“Baiklah sekarang kita akan melakukan
kegiatan di luar kelas, jadi tolong pakai semua atributnya!!” perintah seorang
instruktur yang bernama Yuli.
“baik adik-adik sekarang kakak mau mengajak
adik-adik bermain sayap elang” gumam instruktur yang bernama randi membuat
perutku ingin muntah,menurutku suara laki-laki itu harus tegas, keras, bukannya
seperti suara bencong yang meraung guna mendapatkan target di tempat dinasnya
“Ada yang sudah tahu dengan
permainan ini??”pekiknya lagi yang kali ini ku balas dengan dengusan, jangankan
permainannya, nama permainan ini baru kali ini ku dengar
Tiba-tiba !!!!
Pluk !!! seseorang melemparku dari
belakang,,” ternyata kau kurcaci penik” ujarku setelah melihat ke belakang. ” tenang
sobat jangan lekas marah, ku lihat kau tidak suka dengan kak randi?? dari tadi
ku perhatikan setiap perkataannya kau balas dengan dengusan??” gumam dani seolah
telah berhasil menenangkanku. Tahu apa dia tentang diriku dan orang yang kurang
ku senangi.”aku tahu kau benci bukan dengan orangnya tapi dengan gaya
berbicaranya yang kayak cewek kegatelan” ujar dani menebak fikiranku. ”ya,aku
benci gaya berbicaranya sama seperti ku membenci mu, cuman kalau dia yang ku
benci adalah gaya bicaranya kalau kau sifat kau yang seperti bencong sekolahan”
semprotku yang membuat muka dani berubah menjadi hitam seketika setelah
kupermalukan di depan orang rami
Hari-hari ketika MOS adalah hari
yang lucu,menyenangkan dan menggelitik sehingga mengundang tawa di setiap saat.
Orang menganggap MOS adalah masa untuk melepaskan tawa dengan teman-teman baru,
saling canda, riang dan sebagainya. Namun semua persepsi yang ku anut berbeda
dengan mereka semua, aku menganggap MOS adalah masa untuk mengenalkan penjara
yang akan dihuni oleh puluhan kurcaci jebolan sekolah dasar yang masih bau
kencur, masih takut berpisah degan orang tua. Hal itu terbukti pada hari ini, hari
kedua MOS. Kakak-kakak instruktur yang mula-mula bermuka manis,mulai berubah
menjadi kasar. Teman-teman sudah mulai cengen karna orang tua sudah tidak ada
lagi. Dan orang yang paling cengeng yang ku kenal adalah aldo, ia menangis
karna dibentak kak rudi yang menanyakan kenapa tidak membawa nasi yang di
perintahkan kemarin. Saking manjanya anak itu usai di bentak ia langsung lari
pulang dan tak pernah muncul di sekolah kami lagi.ia minta pindah ke tempat
lain dan ketika ku tanya alasan ia pindah adalah,” aku ingin mencari sekolah
seperti surga bukan neraka seperti ini”. aku menghela nafas “kalau kau ingin mencari sekolah seperti surga bukan di sini,tempatnya
adalah sekolah pelayan,maka kau akan menemukan bidadari-bidari dunia”gumamku
dalam hati
bersambung......