Friday 25 March 2016

Skala pembanding

Comparative Scale
Oleh : Rizki Zakwandi
Sebagai makhluk yang berfikir manusia mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan menyimpulkan sesuatu yang terjadi. Proses analisis dan menyimpulkan dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain kemudian menarik kesimpulan, dan juga ada cara lain yakni dengan membangdingkan suatu hal dengan hal yang lainnya. Diantara kedua hal diatas manusia lebih cendrung untuk membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, seseorang dengan orang lainnya. Dalam projeck keilmiahan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika membandingkan sesuatu diantaranya sesuatu yang dibandingkan harus sejenis, artinya tidak mungkin membandingkan antara hewan dengan manusia. Selanjutnya harus ada skala atau patokan yang menjadi pembanding, misalnya efisiensi mesin dengan acuan penggunaan bahan bakar. Disamping itu ada juga yang menjadi perhatian dalam membandingkan yaitu harus secara horizontal, sebagai contoh kita ingin membandingkan hasil program maka program tersebut harus setara dan tidak bisa kita membandingkan program pengolahan tingkat dasar basic program dengan program tingkat lanjut atau advance program.
Keseringan yang terjadi dalam kehidupan kita adalah membandingkan sesuatu yang tidak sejenis dan tidak setara ataupun tanpa acuan yang jelas. Misalnya ketika kita membandingkan hasil belajar (dalam penelitian pendidikan), sering kita membandingkan antara hasil belajar siswa IPS dengan IPA atau dengan kelompok study lainnya seperti bahasa dan agama. Pembandingan seperti ini tidak akan dapat mencapai penyelesaian karena alur dan fokus antara masing masing kelompok studi berbeda. Dalam bangku kuliah juga banyak terjadi perbandingan seperti demikian, misalnya membandingkan IPK antara mahasiswa jurusan hubungan masyarakat dengan fisika atau fisika dengan pendidikan fisika. Dalam kasus ini kita sering tidak menimbang tolak ukur yang efektif ketika membandingkannya, dalam hubungan masyarakat tuntutan yang diberikan hanya untuk berkomunikasi dengan masyarakat kita anggap dengan faktor C1, dalam program studi fisika mereka dituntut memahami konsep dan teori kita misalkan C2, sedangkan dalam program studi pendidikan fisika mereka dituntut untuk mampu menguasai konsep dan berkomunikasi sehingga harus menguasai C1 dan C2. Maka kita tidak bisa membandingkan begitu saja. Alternative lain yang bisa ditinjau sebagai pembanding adalah kontribusi dan dedikasi serta peran serta mereka dalam mengaplikasikan ilmu mereka.

Thursday 24 March 2016

Tafsir ayat alquran


                   Isi kandungan dan tafsir quran
                                       Oleh
                              >Rizki Zakwandi<



 Relasi Bahasa Alquran dengan Bahasa Arab
Contohnya adalah firman Allah dalam Quran surat Al-Kahfi, 18:107 yang berbunyi:

“Sesungguhnya rang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal”
Pemaknaan kata firdaus dalam kamus bahasa arab adalah kebun kurma atau kebun anggur. Penggambaran surga seperti kebun bukanlah menyatakan makna bahwa di dalam surga tersebut bagaikan perkebunan yang ada di sunia akan tetapi penggambaran seperti demikian karena melihat objek atau sasaran dakwah kala itu yakni bangsa arab yang sangat menginginkan perkebunan kurma atau anggur. Beda halnya ketika ayat tersebut turun di zaman sekarang ini yang seseorang memandang perkebunan sebagai suatu yang memikat maka redaksi dari ayat tersebut juga mungkin akan berubah.
Sebagai contoh lainnya terdapat dala firman Allah dalam quran surat alqoriah ayat 5 dalam penggambaran peristiwa kiamat yang berbunyi :
“dan gunung gunung seperti bulu bulu yang dihamburkan”
Perumpamaan kiamat seperti gunung yang dihamburkan juga merujuk kepada audien dakwah yakni bangsa arab dimana di mekah terdapat banyak sekali gunung gunung besar dan hampir tidak ada laut dan mereka sangat takut dan merasa tidak percaya bahwa bunung besar bisa terbang seperti bulu.
Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat
Contohnya adalah firman Allah dalam Quran surat al-Mu’min ayat 56 yangberbunyi :
     
“sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindugan kepada Allah sesungguhnya dia maha mendengan lagimaha melihat”
Jika kalimat di akhir ayat Allah maha mendengar dan melihat kita artikan sebagaimana melihatnya makhlu maka sangat tidak masuk akal karena sebagai pencipta Allah mempunyai sifat yang berbeda dengan ciptaannya, sehingga makna kata melihat disisni adalah melihatnya Allah yang mana penglihatan Allah mampu melihat segla sesuatu tidak seperti penglihatan manusia. Disinilah fungsi atau gambaran salah satu ayat mutasyabihat yang ada di dalam alquran.
Selain contoh ayat yang diatas ada lagi contoh ayat yang bersifat mutasyabih seperti firman Allah dalam quran surat Ibrahim ayat 4 yaitu :

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Pemaknaan kata bahasa kaumnya memiliki arti luas karena pada saat ini bahasa tersebut lebih dari satu juta bahasa. Berbagai pemahaman bisa muncul jika ayat ini dimaknai secara tekstual bahwa nabi Muhammad saw hanya untuk orang Arab bukan untuk bangsa lainnya sehingga dibutuhkannya kajian lebig mendalam mengenai ayat ini.
Menjadikan muhkam ayat yang mutasyabihat
Contohnya adalah firan Allah dalam quran surat al-fatiha ayat 4

“Yang Menguasai Hari Pembalasan”
Pada awalnya ayat ini di golongkan kepada ayat yang mutasyabihatkarena tidak ada yang tahu apa itu hari pembalasan dan seperti apa hari pemalasan tersebut. Keudian ayat ini berubah kondisi menjadi ayat yang muhkam dengan dijelaskannya apa itu hari pembalasan oleh surat al-infithar ayat 17-19 yang berbunyi


“Tahukah kamu apa hari kiamat itu? Sekali lagi, apakah kamu tahu apa hari kiamat itu? Hari ketika tak seorangpun berdaya menolong orang lain . dan segala urusan pada saat itu dalam kekuasaan Allah.”
Dengan  adanya penjelasan tentang hari kiamat maka ayat ke 4 dari surat alfatihah tidak lagi menjadi mutasyabihat namun sudah dalam keadaan muhkam.
Contoh lainnya yaitu sebagaimana yang terdapat dalam quran surat al hujurat ayat ke 1 yang berbunyi

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Masih berhubugan dengan sifat Allah yang maha melihat, ayat ini pada awalnya diyakini bahwa Allah memiliki penglihatan sebagaimana halnya manusia akan tetapi kemudian dimuhkamkan oleh surat as-syuro ayat 11 yang berbunyi

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
Bahwa Allah swt tidak memiliki sifat yang setara dengan ciptaannya.
Cara mengetahui asbabun nuzul suatu ayat
Contohnya yaitu asbabun nuzul quran surat al-ikhlas yang berbunyi :


“Katakanlah hai Muhammad Dialah Allah yang maha esa,,Allah tempat bergantung padanya segala sesuatu,Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan”
Dalam riwayat ayat ini turun ketika orang musyrik mekah menanyakan nasab Allah dan orang yahudi madinah menanyakan sifat dari Allah swt.dengan demikian surat dan ayat ini turun berdasarkan suatu peristiwa.
Contoh lain dari asbabun nuzul ayat yang juga berkaitan dengan suatu peristiwa adalah turunnya quran surat Al Baqoroh ayat 222 yang berbunyi :

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Adapun kesamaan antara proses asbabun nuzul dari kedua surat diatas adalah sama-sama menjawab pertanyaan dan tingkah laku kafir qurays dimana pada ayat yang pertama mereka menanyakan tentang sifat dan nasab Allah sedangkan pada ayat kedua tanggapan terhadap tingkah laku mereka mengucilkan perempuan yang haid. Ayat yang kedua ini diketahui asbabun nuzul juga melalui riwayat yang diperoleh dari riwayat anas bin malik.
Pembagian Munasabah
Contohnya dalam alquran adalah munasabah antara surat alfatiha ayat 7 dengan surat albaqoroh dan ali Imran. Adapun surat alfatiha ayat 7 berbunyi
“yaitu jalan orang-orang yang teah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat”
Kata mereka yang sesat kemudian di jelaskan oleh surat albaqoroh yang didalamnya berbicara tentang orang Yahudi dan dilanjutkan oleh surat Ali-Imran yng berbicara tentang orang Nasrani.
Contoh lainnya dalam alquran adalah munasabah atara surat al falaq dengan surat annas. Dalam surat al falaq terdapat kata kejahatan makhluk-Nya yang kemudian dijelaskan oleh ssurat annas bahwa makhluk yang dimaksud adalah setan yang berasal dari golongan jin dan manusia.
Kemukjizatan bahasa alquran
Salah satu contoh mukjizat bahasa alquran adalah firman Allah dalam quran surat al a’rof ayat 107 :


“Maka Musa menjatuhkan tongkatnya lalu seketika itu tongkatnya berubah menjadi ular yang sebenarnya”
Dan Quran surat Thaha ayat 20


“lalu dilemparkannya tongkat itu lalu tiba-tiba berubah menjadi ular yang merayap dengan ceoat”
Pada potongan ayat diatas yang menjadi kemukjizatan alquran adalah memuat sejarah atau sirah dari mukjizat nabi sebelumnya. Dimana pada potongan ayat diatas mukjizat nabi musa adalah memiliki ular besar yang bergerak lincah bak ular kecil dan ular tersebut bersal dari tongkat-nya.
Selain hal diatas kemukjizatan alquran adalah mampu meramalkan masa depan sebagaimana firman allah dalam quran surat al hajj ayat 46 yang berbunyi

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Kejadian seperti ini telah diramalkan oleh alquran 1500 tahun yang lalu. Buta pada ayat ini ditafsirkan sebagai tidak berpengatahuan. Hal ini terbukti saat ini dimana banyak orang yang berpengetahuan akan tetapi masih berbuat zalim seolah-olah mereka tidak tahu. Potret seperti ini tidak hanya terjadi di Negara non islam akan tetapi juga terjadi di Negara islam seperti Indonesia.
Pembagian terjemahan alquran
Salah satu bentuk penerjemahan alquran adalah secara tekstual atau yang dikenal secara harfiah. Sebagai contoh penerjemahan secara harfiah adalah firman Allah swt dalam quran surat al-isra’ ayat 29 yang berbunyi :

“dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”
Pada penerjemahan ayat secara tekstual tidak bisa dipakai sepenuhnya karena ayat juga terdiri dari ayat muhkam dan mutasyabih. Pada ayat diatas mengandung makna mutasyabih yang kemudian ditafsirkan bahwa terbelenggu dan mengulur adalah perumpaan sesuatu.
Sebagai contoh lain adalah firman Allah dalam quran surat an nahal ayat 78

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
 Penerjemahan kata afidah dalam ayat diatas diartikan secara tekstual, sedangkan pemaknaannya tidak relevan dengan makna kata sebelumnya dimana kata sebelumnya menyinggung bagaimana seseorang mendapatkan suatu informasi dan hati bukan menjadi sesuatu penerima informasi, maka pemaknaannya lebih kepada pemikiran atau akal sebagi pengolah informasi.
Kekeliruan dalam tafsir
Sebagai contoh kekeliruan dalam hal tafsir adalah dalam quran surat attaubah ayat 3 yang berbunyi:

“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar[628] bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”
Kekeliruan yang terdapat dalam ayat ini adalah ketika pelafadzan kata rasul dengan harkat kasrah sehingga menimbulkan makna lain menjadi Allah berlepas diri dari orang musyrik dan Rasul-Nya. Penafsiran demikiaan menunjukkan bahwa Allah sendiri melepaskan utusannya dimuka bumi ini. Sedangkan makna yang dapat diterima adalah Allah dan Rasulnya berlepas diri dari orang musyrik.
Ayat lain yang juga mengalami perubahan makna adalah quran surat al mukminun ayat 14 tentang proses penciptaan manusia dari segumpal darah yang berbunyi :


“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Pergeseran makna alaqotan menjadi segumpal darah pada dasarnya adalah karena belum sampainya tim penerjemah alquran dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan tidak ditemukannya dalam proses kejadian manusia ada proses pegumpalan darah adanya proses perubahan dari zigot menjadi embrio yang kemudian menempel di dinding rahim. Dala bahasa arab sendiri kata alaqotan berarti lintah, sehingga penafsiran yang peling mendekati adalah embrio bukannya segumpal darah.
Cara mempelajari ilmu alquran
Dalam pembahasan mengenai ilmu alquran beberapa cara penamaan alquran adalah sebagai berikut, misalnya sesuai peristiwa besar seperti surat at-taubah yang dikisahkan saat perang tabuk ada beberapa orang sahabat yang berpaling dan kemudian mereka bertaubat dan Allah mengampuni mereka sebagaimana yang terdapat dalam quran surat at-taubah 102 yang berbunyi :


“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Contoh lain dalam penamaan surat adalah dengan melihat isi kandungannya seperti surat al-qoriah ayat 1-3 yang berbunyi


“Hari Kiamat*apakah hari kiamat itu*Tahukah kamu apakah hari kiamat itu*”
Penamaan surat dengan al-qoriah sesuai dengan makna dan pembahasan yang ada di dalam surat. Secara beruntun 3 ayat pertama mengulang kata alqoriah dan ayat ke empat dan seterusnya memaparkan apa itu hari kiamat. Secara bahasa kata kiamat bisa berarti banyak akan tetapi dalam konteks yang terdapat di dalam ayat adalah alqoriah maka penamaanyaun sesuai dengan kata tersebut.
Pentingnya mempelajari bahasa alquran dalam memahami alquran
Contohnya adalah quran surat al anam ayat 82 yang berbunyi :

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Pengetahuan bahasa dalam memahami alquran sangat dibutuhkan karena dapat berakibat salah pemahaman dalam memahami ayat alquran. Sebagai contoh dari ayat diatas bahwa pada waktu turunnya ayat tersebut membuat sahabat gelisah karena mereka yakin setiap orang pasti pernah berbuat zalim. Kemudian rasul menjelaskan bahwa yang dimaksudkan zalim adalah apa yang dijelaskan dalam surat luqman yaitu orang yang menyekutukan Allah swt.
Contoh lainnya adalah pemahaman terhadap quran surat azzariyat ayat 56 yang berbunyi:


“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaku”
Pemahaman terhadap kata mengabdi secara tekstual berarti mengahamba yaitu hanya mengerjakan apa yang diperintahkan saja oleh Allah swt. hal tersebut tentu tidak cukup karena pada dasarnya yang lngsung dari Allah hanya perkara utama dalam ibadah sedangkan yang bersifat tambahan datangnya dari nabi saw maka perlu dipahami bahwa mengabdi disini juga mengabdi kepada utusan Allah.
Dari kedua ayat diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk memahami dan mempelajari alquran tidak cukup dengan kamus baahasa arab saja akan tetapi mesti disertai deng

Wednesday 16 March 2016

Teori belajar

                      TEORI TAKSONOMI BLOOM
                           Oleh : Rizki Zakwandi
 Taksonomi bloom adalah sistem penilaian yang dikenalakan ole Benjamin S. Bloom seorang psikolog dalam bidang pendidikan. Taksonomi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein diartikan dengan mengklasifikasi dan nomos yaitu aturan jadi arti kata dari taksonomi adalah klasifikasi hierarkhi (bertingkat) atas suatu prinsip yang mendasar atau aturan. Taksonomi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dari berbagai aturan.
 Sejarah singkat taksonomi bloom bermula saat bloom dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa pengevaluasian yang dilakuakan dibanyak sekolah hanya berdasarkan hafalan siswa yang teryata itu adalah kemampuan berfikir (thinking behaviors) tingkat terendah. Untuk menyelesaikan masalah itu akhirnya pada tahun 1950-an bloom dan kawan-kawan berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berfikir yang kita kenal sekarang dengan istilah taksonomi bloom. Jadi taksonomi bloom adalah struktur hierarkhi yang mengklasifikasilkan skill atau kemampuan berdasarkan  tingkatan–tingkatnnya (kemampuan mendasar / rendah sampai kemampuan tertinggi)
 Taksonomi bloom sendiri mengklafikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, psikomotorik. ( W. S. Winkel, 1987:149). Ranah-ranah penilaian tesebut tidak lain bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak dengan kata lain ketiga ranah ini berfungsi sebagai alat pengukur keberhasilan siswa dalam belajar. Secara konveksional yang menggambarkan ketiga aspek sejak dulu telah dikemnak sebagai taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa, dan karsa.
 Bloom dan kawan-kawan berpendapat jika dalam pengevaluasian hasil belajar harus berpegang dalam ketiga ranah tersebut, yang mana pengevaluasian itu dipakai hingga saat ini. Artinya setiap  sekolah yang  menerapkan sistem pengevaluasian berdasarkan taksonomi bloom telah mengevaluasi secara menyeluruh yaitu dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
 Secara garis besar ranah kognif (cognitive domain) meliputi berbagai aspek diantaranya adalah hal-hal yang membahas tentang kecerdasan intelektual, berfikir atau nalar yang dimiliki oleh siswa. Ranah afektif lebih tertuju pada aspek emosi siswa. Sedangkan ranah psikomotorik menilai tentang ke keterampilan motorik atau keterampilan fisik dari siswa. Untuk lebih jelasnya akan si bahas dibawah ini:

Ranah kognif

 Seperti yang telah dibahas diatas bahwa aspek-aspek yang meliputi ranah kognitif adalah intelekual dan cara siswa berfikir yang mencangkup pengetahuan/ hafalan  (Recall of Data), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis) dan penilaian (evaluation). Dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah semua upaya yang berkaitan dengan aktivitas otak.

   Recall of Data (Hafalan/C1)

 Sudah hal pasti jika setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda semisal cepat lambatnya seseorang dalam menghafal nama, rumus, ide, istilah dan lain sebagainya. Pengetahuan yang mencangkup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan di simpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. (Dimyati dan Mudjiyono 2009:27).
  Ini adalah kemampuan yang sangat mendasar atau tingkat yang paling rendah. Contohnya seorang siswa menjawab soal berdasarkan hafalan sama persis dengan yang dibuku.

.
   Comprehension (Pemahaman/C2)

 Seseorang dengan kemampuan pemahaman yang lebih akan mampu menangkap dan menguraikan suatu yang dia pelajari dengan kata-katanya sendiri atau dengan hal yang lebih rinci. Artinya siswa tidak perapaku pada hafalannya saja.
    Contohnya seorang guru memmberi soal tentang konsep atau prinsip yang mengharuskan siswa menjawab dari berbagai sudut pandang.

   Application (Penerapan/C3)

 Satu Tingkatan yang lebih tinggi dari kemampuan pemahaman adalah kemampuan penerapan atau aplikasi yaitu kemampuan yang menerapkan suatu konsep, kaidah, teori, materi, rumus, prosedur, gagasan, prisip dan lain sebagainya dalam mengahadapi permasalahan yang nyata atau baru.
 Contohnya seorang sisiwi mampu membuat alat baru sesuai konsep atau teori yang diberikan oleh gurunya.

   Analysis (Analisis/C4)

 Analisis adalah kemampuan siswa dalam memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian yang lebih rinci dan menguraikannya serta mampu memnggabungkan dengan factor-faktya lainnya untuk menenukan jalan keluar dari masalah tersebut.
 Contohnya : menemukan asumsi, membedakan pendapat dan fakta, menguraikan informasi, menemukan hunbungan sebab akibat.

   Synthesis (Sintesis/C5)

  Tingkatan ini berkebalikan dengan tingkatan sebelunnya yaitu kemampuan analisi. Jika dalam analisis dari kompleks menjadi rinci maka dalam kemampuan sintesisi adalah kemampuan memadukan bagian perbagian secara logis agar membentuk pola yang struktur baru. Kemampuan ini dituntut seorang siswa menghasilkan suatu cerita atau teorinya sendiri.
 Contohnya seorang siswa membuat cerita hasil karangan sendiri yang memadukan dari segi pengetahuan atau ilmu

   Evaluation (Evaluasi/C6)

 Puncak tingkatan ini menurut teori taksonomi bloom dalam ranah kognitif adalah kemampuan evaluasi atau penilaian. Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaina terhadap suatu materi pembelajaan, argumen yang berkenan dengan suatu yang diketahui, dipahami, dilakaukan, dianalisis dan dihasilkan.(Muhammad Yaumi 2013:92). Dengan kata lain kemampuan ini mampu membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi atu keadaan
 Contohnya penilaian atas informasi seperti bukti sejarah atau seorang siswa yag di tuntut Membuat keputusan yang terbaik sesuai dengan krteria-kriteria yang ada.
 Kita ulas kembali bahwa menurut teori taksonomi bloom dalam ranah kognitif dapat di bagi dalam berbagai tingkatan atu aspek yaitu : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Yang jika gambarkan dalam segitiga piramida  sebagai berikut:


 Jika dikelompokan lagi aspek-aspek diatas dapat di bagi menjadi dua kelompok yaitu low order thinking skills (pengetahuan, pemahaman, penerapan) dan yang kedua adalah kelompok higher order thingking skills ( analisis, sintesis, evaluasi).
 Namun perlu diingat bahwa kelompok low order thinking skills bukan hal yang harus diremehkan karna untuk memiliki kemampuan ditingkat puncak maka harus menaiki setiap tahap level yang ada diskema di atas dimulai dari dasar, jika diibaratkan seperti naik tangga kita harus melangka setiap anak tangga untuk mencapai punncaknya. Skema ini sekaligus menandakan bahwa semakin tinggi level kemampuan seseoarang maka semakin sulit kemampuan berpikirnya.





Contoh daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk ranah Kognitif

Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian


Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Manandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru
Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis

Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan
Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan

Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifiksi Menghitung Membangun Mengurutkan Membiasakan Mencegah Menggambarkan Menggunakan Menilai
Melatih
Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi

Menganalisis Mengaudit Memecahkan Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Memerinci Menominasikan Mendiagramkan Mengkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur
Melatih
Mentransfer

Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengkombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi

Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan



Ranah Afektif

 Ranah afektif adalah ranah yang mengutamakan emosional misalnya mianat, sikap, perasaan, semangat nilai motivasi dan lain-lain. Sejumlah pakar menyebutkan atau lebih tepatnya meramalkan keadaan sikap seseorang dapat berubah seiring dengan kekuasaan kognitif yang mumpuni.
 Ranah afektif dibagi dalam lima aspek yang berhubungan dengan emosional terhadap tugas yang sedang dihadapi. Lima aspek ini dimulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling komplek antara lain:


Penerimaan (Receiving)

 Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsanga itu (W. S. Winkle 1987:152). Artinya stimulus (rangsangan) dapat diterima dengan baik dalam bentuk masalah, situasi, dan lain sebagainya. Riceiving juga sering diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Aspek ini bertujuan agar anak bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka.
  Contonya seorang siswa secara pasif menerima suatu masalah, situasi dan kondisi contoh lain siswa mampu mengakui adanya perbedaan-perbedaan. Contoh lain peserta didik diajarkan bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

Partisipasi (Responding)

 Tingkatan   yang   mencakup   kerelaan   dan kesediaan  untuk  memperhatikan  secara  a
Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.

Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Hasil-hasil Belajar Menurut Gagne
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan. Ditinjau dari segi hasil yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan ini berbeda-beda. Ada beberapa kategori belajar menurut Gagne. Gagne mengemukakan bahwa kompetensi dan kapabilitas sebagai bukti nyata hasil belajar dapat dibedakan ke dalam 5 kategori. Kelima kategori hasil belajar menurut Gagne tersebut adalah sebagai berikut:

Keterampilan Intelektual
Keterampilan Intelektual yaitu, kecakapan yang membuat seseorang berkompeten, yang memungkinkan untuk menanggapi konseptualisasi lingkungannya. Keterampilan ini berkaitan dengan pengetahuan ”bagaimana” melakukan suatu aktivitas. Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar, yaitu sebagai berikut :

Belajar Isyarat (Sinyal)
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.


Belajar stimulus respon
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian diiringi respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara stimulus dan respon.

Belajar rangkaian gerak (Chaining Motorik)
Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama.

Belajar asosiasi / rangkaian verbal (Chaining Verbal)
Belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama.

Belajar memperbedakan / diskriminasi jamak (Multiple Discrimination)
Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya.


Belajar Pembentukan Konsep (Concept Learning)
Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu. Untuk hal-hal tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar memperbedakan. Belajar memperbedakan menginginkan anak dapat membedakan objek-objek berdasarkan karakteristiknya yang berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat mengklasifikasikan objek-objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik sama.

Belajar Pembentukan Aturan / Kaidah (Rule Learning)
Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Misalnya ketika seseorang menghubung konsep-konsep dalam fisika untuk membuat sesuatu.

Belajar memecahkan masalah (Problem solving)
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah.

Strategi-strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif . Strategi Kognitf adalah kecakapan khusus yang amat penting yang memungkinkan siswa dapat belajar dan menentukan sesuatu secara sendiri. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang mengatur seseorang untuk memilih ”cara”, misalnya memilih cara belajar yang cocok untuk dirinya sendiri. Strategi kognitif juga adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar, memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, belajar, dan berpikir anak terarah. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan.
Walaupun siswa menggunakan strategi-strategi khusus dalam melaksanakan tugas-tugas belajar, untuk memudahkan, strategi-strategi kognitif itu dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, sebagai berikut :

Strategi-strategi menghafal (rehearsal strategies)
Para siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling sederhana, latihan itu berupa mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (misalnya, nama-nama pahlawan-pahlawan, tahun-tahun pecahnya Perang Dunia, dan lain-lain). Dalam mempelajari tugas-tugas yang lebih kompleks, misalnya mempelajari gagasan-gagasan yang penting, menghafal dapat dilakukan dengan menggaris-bawahi gagasan-gagasan penting itu, atau dengan menyalin bagian-bagian dari teks.

Strategi-strategi elaborasi
Dalam menggunakan teknik elaborasi, siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila diterapkan pada belajar dari teks prosa misalnya, kegiatan-kegiatan elaborasi merupakan pembuatan parafrase (paraphrasing), pembuatan ringkasan, pembuatan catatan, dan perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban.

Strategi-strategi mengaturan (Organizing strategies)
Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka yang teratur, merupakan teknik dasar dari strategi-strategi ini. Sekumpulan kata-kata yang akan diingat diatur oleh siswa menjadi kategori-kategori yang bermakna. Hubungan-hubungan antara fakta-fakta disusun menjadi tabel-tabel, memungkinkan penggunaan pertolongan penyusunan ruang untuk menghafal materi pelajaran. Cara lain ialah dengan membuat garis besar tentang gagasan-gagasan utama dan menyusun organisasi-organisasi baru untuk gagasan-gagasan itu.

Strategi-strategi metakognitif
Strategi-strategi metakognitif meliputi kemampuan-kemampuan siswa untuk menentukan tujuan-tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan itu, dan memilih alternatif-alternatif untuk mencapi tujuan-tujuan itu.

Strategi-strategi efektif
Teknik-teknik ini digunakan para siswa untuk memutuskan dan mempertahankan perhatian, untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.

Informasi Verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan megatur informasi-informasi yang relevan atau kemampuan untuk mengkomunikasikan secara bahasa, lisan maupun tulisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku, radio, televisi, dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama, generalisasi. Contoh, siswa dapat menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi : “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya”.
Informasi merupakan esensi suatu peristiwa yang dapat dijadikan alat berfikir dan sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut. Kemampuan informasi dapat ditunjukan dengan menyatakan atau menyebutkan informasi itu dalam ungkapan yang bermakna.
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan, seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan/untuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.

Sikap-sikap / Perilaku (Attitude)
Sikap adalah kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual atau kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang-orang lain. Karena itu Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial ini.

Keterampilan-keterampilan Motorik
Kemampuan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot atau kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak jasmani dan urutan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya bila membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran sains, bagaimana menggunakan berbagai macam alat, seperti mikroskop, berbagai alat listrik dalam pelajaran fisika, dan buret, alat distilasi dalam pelajaran kimia.
Lebih jauh menurut Gagne, belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu; a) kondisi internal, antara lain menyangkut kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, b) eksternal, merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil belajar yang dikemukakan sebelumnya memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan dikontrol.


TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

  Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
  Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya. Jean Piaget menyelidiki mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengolah informasi.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:


Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek.
Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya. Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.

Adaptasi
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan   mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:

Asimilasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.

Akomodasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.

Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

Tahap-tahap perkembangan
Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:

Tahap Sensorimotorik
 Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.

Periode 3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.

Periode 4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan Memeluk kotak mainan.

Periode 5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.

Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir dalam mencapai lingkungan.
    Pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.

Tahap Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:

Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

Tahap Operasional Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.

Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.


Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

Tahap Operasional Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.

Implementasi teori Piaget dalam pembelajaran

Memfokuskan pada proses berfikir mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
Tidak menekankankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.


DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Siregar, Eveline & Nara, Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia
Yaumi, Muhammad. 2013. Pinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana