Friday 2 November 2018

Termometer



   Termometer
Oleh : Rizki Zakwandi, dkk
    Pengertian 
   Termometer adalah alat ukur berskala yang dapat di gunakan untuk mengukur suhu (temperatur) ataupun perubahan suhu dalam satuan Celsius, Reamur, Kelvin, dan Farenheit. Pada dasarnya, termometer terbuat dari tabung kaca yang didalamnya diisi zat cair termometrik. Istilah termometer berasal dari bahasa latin yaitu termo yag berarti panas dan meter yang berarti mengukur.
     Fungsi
Umum : Berfungsi untuk mengukur suhu (temperatur), dan juga untuk mengukur perubahan suhu.
Berdasarkan jenisnya
1)      Termometer Ruangan : Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan.
2)      Termometer klinis : digunakan para dokter dan perawat untuk mengukur suhu tubuh manusia.
3)      Termometer Inframerah : digunakan untuk mengukur suhu benda yang sangat panas. benda yang bergerak cepat, atau benda yang tidak boleh disentuh karena berbahaya. Termometer inframerah bisa juga disebut termometer laser.
4)      Termometer optik : Termometer optik biasa disebut juga pyrometer yang biasanya digunakan mengukur suhu yang sangat tinggi (di atas 1000°C).
5)      Termometer Sensor Ganda : dirancang untuk penggunaan profesional karena mereka menyediakan pembacaan ganda lingkungan yang dapat tetap stabil untuk jangka waktu yang lama. Pembaca utama termometer ini dapat dipasang ke meja atau dinding dan penelitian dapat dimasukkan ke dalam berbagai lingkungan untuk pembacaan.
 
    Bagian-bagian Alat

Thursday 27 September 2018

JANGKA SORONG DAN BAGIANNYA

                                       
JANGKA SORONG DAN BAGIANNYA
Oleh: Rizki ZAkwandi, dkk
      Pengertian
Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Alat ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar sorong, mistar geser, schulfmaat atau vernier caliper.
Kegunaan jangka sorong adalah dapat digunakan untuk mengukur ketebalan, mengukur diameter luar, diameter dalam maupun mengukur kedalaman suatu benda.
       Bagian dan Fungsi Jangka Sorong


1.      Rahang dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam memiliki fungsi untuk mengukur dimensi luar atau sisi bagian luar sebuah benda misal tebal, lebar sebuah benda kerja.
2.      Rahang luar
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang luar memiliki fungsi untuk mengukur diameter dalam atau sisi bagian dalam sebuah benda misalnya diamater hasil pengeboran.
3.      Depth probe atau pengukur kedalaman
Seperti namanya bagian ini mempunyai fungsi untuk mengukur kedalaman sebuah benda.

4.      Skala Utama (dalam cm)
Skala utama dalam bentuk satuan cm memiliki fungsi untuk menyatakan ukuran utama dalam bentuk centimeter (cm).
5.      Skala utama (dalam inchi)
Skala utama dalam bentuk satuan inchi memiliki fungsi untuk menyatakan ukuran utama dalam bentuk inchi.
6.      Skala nonius (dalam mm)
Skala nonius dalam bentuk milimeter berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi dalam bentuk mm.
7.      Skala nonius (dalam inchi)
Skala nonius dalam bentuk inchi berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi dalam bentuk inchi.
8.      Pengunci
Mempunyai fungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak saat berlangsungnya proses pengukuran misal rahang dan Depth probe.
      Prinsip Kerja Jangka Sorong

Friday 13 July 2018

Faktor Faktor yang mempengaruhi Kegiatan Bimbingan dan Konseling


Aplikasi instrumentasi data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristik dan memahami karakteristik lingkungan.
2.      Himpunan data.
Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3.      Kegiatan khusus
a.       Konferensi kasus.
Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yan  dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan kenferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, dan komitmen bagi terentasnya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua atau keluarga untuk memerantaskan permaslahan klien.
c.       Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus merupakan kegitan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas pemasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter, serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas pemasalahan yangdihadapi melalui pihak yang lebih kompeten.


Dalam kasus ini, kekurangan tenaga pembimbing disekolah menyebabkan terlalu berat beban tugas yang harus dipikul dalam pelaksanaan bimbingan disekolah, bilamana tenaga pembimbing jumlahnya sedikit sekali untuk menangani siswa yang begitu banyak tentunya tidak akan efektif dan efisien yang akhirnya akan menjadi kendala bimbingan konseling


Tenaga yang ada, yang secara langsung menangani bimbingan disekolah kebanyakan tidak sesuai dengan bidangnya, misalnya kepala sekolah yang masih merangkap jadi guru bimbingan dan lain sebagainya, yang akhirnya proses penaganan dan pelaksanaan tentu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dan tidak tepat sebagaimana mestinya.
c.       Sarana dan prasarana
Kebanyakan sarana dan prasarana yang digunakan masih merangkap dengan fasilitas lainnya, seperti ruangan bimbingan yang masih menyatu dengan ruang kesehatan, dan lain sebagainya.
Dalam penangan bimbingan disekolah, perlu dilakukan dan ditopang oleh kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa supaya memungkinkn terjadinya suatu kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah, kepala sekolah, guru bidang studi, pihak ketertiban sekolah dan lainya.
Kegiatan supervisi baik oleh kepala sekolah maupun dari kantor wilayah departemen pendidikan nasional masih belum berjalan sebagaimana mestiya. Hambatan ini mungkin akan menyebabkan keterbatasan tenaga professional yang memadai bagi sekolah.
f.       Kurangnya kejasama antar pesonil pelaksanaan program dalam hal ini konselor, pimpinan instansi, penyelanggara pemerintah
g.      Kurangnya pemahaman dan pengetahuan pendidik dan tenaga kependidikan serta yang paling utama adalah konselor terhadap ketentuan atau perundang-undangan yang secara spesifik mengatur pelaksanaan program

a.      Seandainya Anda seorang guru BK, bagaimana cara menanggulangi persoalan di atas

Jika saya menjadi guru BK Cara untuk menanggulangi persoalan diatas adalah
1.      Dengan mengkaji lebih awal tentang landasan guru sebagai guru BK, berupa perundang-undangan, peraturan, kode etik guru, serta kode etik bimbingan dan penyuluhan, dimana dalam hal ini kita tidak akan keliru sebagai guru bimbingan. Dan yang paling utama ialah kuliah sesuai dengan profesi, misalanya kuliah dalam bidang psikologi, atau kuliah dalam jurusan bimbingan dan konseling.
2.       Mengajukan adanya sarana dan prasarana khusus untuk layanan bimbingan dan konseling, seperti yang kita telah ketahui, dari beberapa sekolah yang telah saya kunjungai dimana kebanyakan sarana dan prasarana dalam layanan bimbingan dan konseling itu kurang memadai. Meskipun dalam pengajuan sarana dan prasarana akan memakan waktu yang lama, tetapi setidaknya ada perjuangan.
3.      Dalam hal organisasi pada layanan bimbingan dan konseling, seperti apa yang telah kita ketahui organisasi dalam layanan bimbingan dan konseling kita harus tetap berkomunikasi dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan bahkan menjalin komunikasi dengan orang tua siswa.

4.      Penambahan tenaga pendidik dalam layanan bimbingan dan konseling, dalam hal ini minimalnya dalam tenaga pendidik bimbingan dan konseling itu ialah dua orang, seperti apa yang telah saya survey pada suatu sekolah SMP di kota Bandung.

Wednesday 6 June 2018

NERACA DAN BAGIANNYA


NERACA DAN BAGIANNYA
Oleh: Rizki Zakwandi, dkk

.    Pengertian
Neraca atau yang lebih dikenal timbangan adalah alat yang berfungsi sebagai pengukur massa. Dalam KBBI lebih di spesifikasi menjadi neraca adalah alat yang berfungsi sebagai pengukur berat terutama yang berukuraan kecil. Sebagai alat pengukur massa neraca memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan objek yang akan di ukur massanya. 
     Fungsi Neraca
Secara umum fungsi neraca adalah mengukur massa dari suatu benda. Fungsi lanjutan lainnya dapat dilakukan dengan beberapa perlakuan khusus seperti membandingkan (pada neraca dua lengan) ataupun sebagai safety tools sebagaimana yang terjadi pada lift dan lain sebagainya.
     Jenis Neraca
Bebera klasifikasi neraca berdasarkan bentuk dan system kerja yang terdapat pada neraca diantaranya adalah :
a.       Neraca Duduk
Timbangan duduk, yaitu timbangan di mana benda yang ditimbang dalam keadaan duduk . Neraca duduk biasanya digunakan untuk menimbang berbagai kebutuhan pokok rumah tangga, seperti gula, minyak, ikan, dan sayur mayur. Neraca duduk memiliki dua sisi. Benda yang akan diketahui massanya diletakkan pada satu sisi dan anak timbangan yang telah diketahui massanya diletakkan pada sisi yang lain hingga terjadi keseimbangan. Jika keseimbangan telah terjadi, maka massa benda yang diukur sama dengan jumlah anak timbangan di sisi yang lain 
b.      Neraca Gantung
Neraca gantung adalah neraca yang diletakkan menggantung dan bekerja dengan prinsip tuas. Neraca ini berfungsi untuk mengukur massa benda, yang cara kerjanya dengan meletakkan benda yang akan diukur massa  nya di wadah, lalu menggeser beban pemberat disepanjang batang hingga seimbang 
c.       Neraca Sama Lengan
Neraca dua lengan/lebih adalah neraca yang memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan neraca gantung yakni sama-sama menggunakan prinsip torsi dalam pengukurannya. Neraca ini menggunakan prinsip perbandingan untuk mengetahui massa suatu benda yang sedang dihitung (Antika, Dkk. 2012)
    Aplikasi Teknologi Dan Terbarukan

Wednesday 18 April 2018

EVALUASI PEMBELAJARAN: PENILAIAN TERTULIS


EVALUASI PEMBELAJARAN: PENILAIAN TERTULIS

A.    Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Terdapat istilah yang sering digunakan ketika hendak mengetahui tingkat keberhasilan/ketercapaian suatu program yang dilaksanakan termasuk didalamnya program pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Istilah istilah tersebut meliputi pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Pengukuran secara tata bahasa berasal dari kata ukur yang dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) didefenisiskan sebagai sukat, ukuran dan patut. Dalam arti yang familiar pengukuran diartikan sebagai kegiatan mengukur dalam arti memberi angka terhadap objek yang diukur (Djali & Murjono, 2004)
Penilaian memiliki arti dan cakupan yang lebih spesifik dari pengukuran sendiri. Lebih lanjut Djali & Murjono (2004) menjelaskan bahwa penilaian merupakan suatu tindakan atau proses yang menentukan makna suatu objek. Sehingga dapat dipahami bahwa penilaian adalah proses menginterpretasikan data data yang diperoleh pada saat pengukuran.
Evaluasi secara bahasa berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilian. Didalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan Wang dan Brown, dijelaskan bahwa “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”, yang artinya “evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu”. Maka dari pada itu maka proses evaluasi adalah proses yang menentukan nilai dari suatu hal yang akan dievaluasi yang mana dalam dunia pendidikan berarti memberi nilai terhadap segala komponen pendidikan (Sudjiono, 2013, hal. 1). Melengkapi hal diatas I Wayan Santyasa (2014, hal. 7) menambahkan bahwa evaluasi biasanya mengarah pada proses pembuatan/pengambilan keputusan.

B.     Jenis dan Bentuk Penilaian

Untuk membedakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tentunya kita perlu memberikan penilaian terhadap kemampuan dan pemahaman yang telah dimiliki peserta didik secara menyeluruh. Bentuk penilaian yang menilai peserta didik secara menyeluruh/dari berbagai aspek dinamakan dengan penilaian autentik (Kunandar, 2013, hal. 35). Penilaian yang diterapkan dalam penilaian autentik ini menilaia siswa dari semua aspek kemampuan yakni kognitif, psikomotor dan afektifnya. Ketiga aspek kemampuan tersebut tidak bisa diukur hanya dengan satu alat ukur saja karena ranah yang menjadi fokusnya berbeda. Oleh karena itu maka diperlukan juga berbagai bentuk dan jenis penilaian yang akan digunakan untuk melakukan penilaian autentik ini. Adapun bentuk dan jenis penilaian berdasarkan Permendikbud nomor 53 tahun 2015 dan Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama 2015adalah sebagai berikut :
1.      Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kecendrungan perilaku spritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam ataupun diluar kelas. Hal ini ditujukan untuk mengetahui tingkat ketercapain/perkembangan sikap siswa dan untuk membantu siswa dalam memfasilitasi perkembangan perilaku sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2. Untuk penilaian sikap, kita dapat melakukan teknik-teknik penilaian diantaranya :
1)      Observasi/wawancara
2)      Penilain diri
3)      Penilaian antar teman
2.      Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat penguasaa siswa terhadap pengetahuan faktual, konseptual, prosedural ataupun metafisik serta untuk memetakan kecakapan siswa dalam berfikir tingkat rendah hingga tinggi. Untuk teknik teknik penilaian dari penilaian pengetahuan antara lain:
1)      Penilaian tertulis
2)      Penilaian lisan
3)      Penugasan
4)      Portofolio
3.       Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk  mengetahui tingkat kecakapan siswa dalam melakukan pembelajaran prosedural. Untuk teknik penilaian jenis ini adalah:
1)      Penilaian kinerja
2)      Penilaian proyek
3)      Penilaian portofolio

C.     Penilaian dan Test Tertulis

Istilah tes diambil dari kata testum, yaitu suatu pengertian dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah (Arikunto, 2009, hal. 52). Dalam KBBI tes diartikan sebagai ujian tertulis, lisan atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang. Menurut Djemari (1999 : 2) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yakni melalui respon yang diberikan terhadap stimulus dan pertanyaan. Tes sendiri merupakan salah satu alat untuk melakukan proses pengukuran dengan kata lain test merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Sedangkan penilaian tertulis merupakan bentuk tes dimana pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang dikehendaki dari siswa yang dites dalam bentuk tulisan baik itu berupa menulis jawaban langsung, memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Secara umum, penilaian tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu (Hayati, 2013, hal. 63):
a.    Soal dengan memilih jawaban, yaitu : pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan: dan
b.    Soal dengan menyuplai jawaban, yaitu : isian atau melengkapi, jawaban singkat, dan soal uraian

1.      Soal Dengan Memilih Jawaban

      Jihad dan Haris (2013) menjelaskan bahwa soal dengan bentuk memilih jawaban terdiri dari :
1)      Pilihan Ganda/Multiple Choice
Pilihan ganda adalah suatu item yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Untuk melengkapinya siswa harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri dari :
a)    Stem, yitu pertanyaan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan;
b)   Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternative jawaban;
c)    Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat;
d)   Distractor, yaitu option-option pengecoh atau jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
Di Indonesia sendiri bentuk soal pilihan ganda dikembangkan menjadi lima versi yaitu  :
a)    Melengkapi pilihan, merupakan bentuk soal pilihan ganda biasa
b)   Hunungan antara “hal” dan “sebab”
c)    Analisis Kasus
d)   Melengkapi Berganda
e)    Membaca Diagram, Gambar, Grafik dan Tabel

2.      Tes Dengan Mensuplai Jawaban

Mensuplai jawaban memiliki arti dalam tes yang diberikan peserta didik menuliskan sendiri jawaban yang menurut mereka benar. Adapun tes jenis ini terdiri atas :
1)      Melengkapi Isian
2)      Memberikan Jawaban Singkat
3)      Tes Esai

A.    Tes Plihan Ganda/Multiple Choice

Tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes tertulis dimana jawaban yang berkaitan dengan pertanyaan sudah tersedia, sedangkan peserta didik hanya perlu memilih mana jawaban yang paling benar menurut mereka. Penyusunan tes/soal bentuk pilihan ganda harus memenuhi beberapa aspek, seperti yang dipaparkan oleh Sudijono (2013) :
1.      Pokok persoalan (stem of item) dinyatakan dalam satu paragaraf atau dalam bentuk pertanyaan.
2.      Harus mengandung satu unsur jawaban benar
3.      Faktor pengecoh harus homogen dengan pertanyaan
4.      Jawaban benar dalam satu tes, diatur secara random pada semua item.
5.      Pertanyaan harus mengandung satu penafsiran
6.      Pertanyaan tidak mengandung petunjuk jawaban
7.      Kalimat pada setiap stem sebaiknya menggunakan kalimat positif, kecuali jika guru atau evaluator sangat perlu menggunakan kalimat negatif
8.      Semua pilihan jawaban sebaiknya direncakan, memiliki panjang atau jumlah kata yang sama, dan tidak mengandung petunjuk jawaban benar
Pada penerapan di lapangan, tes pilihan ganda dapat divariasikan menjadi beberapa bentuk tes diantaranya sebagaimana yang disampaikan oleh Jihad & Haris (2013) yaitu :
1.      Tes pilihan ganda biasa
Tes ilihan ganda biasa adalah instrumen tes pilihan ganda yang kebanyakan/biasa digunakan oleh lembaga pendidikan baik tingkat sekolah, daerah ataupun tingkat nasional seperti UN (Ujian Nasional).
Contoh tes pilihan ganda biasa adalah seperti berikut :
Perubahan wujud zat cair menjadi zat padat disebut…
a.       Mencair
b.      Membeku
c.       Menguap
d.      Mengembun
Dalam contoh tes diatas kita memperoleh beberapa karakteristik/ciri dari tes pilihan ganda biasa yakni terdapat stem dan opinion, memiliki pilihan jawaban lebih dari satu, dan hanya terdapat satu kunci jawaban yang paling tepat. Adapun kelebihan dan kekurangan dari tes jenis ini menurut Slamet (2003, hal 63) adalah sebagai berikut :
1)      Mengukur berbagai jenjang kognitif (dari ingatan sampai dengan evaluasi).
2)      Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan.
3)      Bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau sifatnya massal, sedangkan hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian semester, ujian sekolah, dan ujian akhir semester
Kekurangannya antara lain :
1)      Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya.
2)      Sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi.
3)      Terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban
2.      Hubungan Hal dan Sebab
Hubungan Antar Hal, merupakan butir soal yang terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan itu dihubungkan dengan kata “SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan kedua pernyataan tersebut, yaitu hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat. Supaya kedua pernyataan itu termasuk pilihan ganda, maka dicari variable lain yang dapat mengukur kemampuan siswa. Variabel tersebut adalah kualitas pernyataan, yaitu apakah pernyataan pertama benar atau salah, dan apakah pernyataan kedua benar atau salah. Dengan adanya dua hal yang harus dinilai dari dua pernyataan tersebut, maka dapat dikembangkan tes bentuk Hubungan Antar Hal dengan petunjuk penyelesaian sebagai berikut :
Untuk soal-soal berikut ini, pilihlah :
a)        Jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya menunjukan hubungan sebab akibat
b)        Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukan hubungan sebab akibat.
c)        Jika salah satu dari pernyataan tersebut salah
d)       Jika kedua pernyataan salah
Contoh :
 Pesawat dapat terbang di angkasa sesuai dengan hokum Bernoulli
SEBAB
Semua gaya akan diteruskan ke segala arah dan sama besar
Kelebihan dari bentuk tes seperti ini antara lain :
1)      Dapat mengetahui pemahaman konsep siswa
2)      Dapat mengetahui titik atau miskonsepsi siswa
3)      Melatih berfikir tingkat tinggi
Adapun kekurangan dari bentuk tes seperti ini adalah :
1)      Sulit pada saat membuat soal
2)      guru harus benar benar menyentuh/menyampaikan materi secara utuh karena tes ini bersifat mengaitkan
3.      Tes Benar-Salah (True-False)
Soal atau tes benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan (statement) yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak setuju, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
Arikunto (2009) menjelaskan bahwa tes model benar-salah ini cocok digunakan untuk pemahaman pada level pengetahuan, mengevaluasi pemahaman peserta didik tentang miskonsepsi yang umum, dan konsep dengan dua respon logis.
Dilihat dari segi mengerjakan atau menjawab soal, tes benar-salah dibagi menjadi 2 macam, yakni:
a)         Dengan pembetulan (with correction), yaitu peserta didik diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
b)        Tanpa pembetulan (without correction), yaitu peserta didik hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

a.       Kelebihan Tes Benar-Salah
1)      Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
2)      Mudah dalam penyusunannya.
3)      Mudah diskor.
4)      Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan.
5)      Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.

b.      Kelemahan Tes Benar-Salah
1.      Mendorong peserta didik untuk menebak jawaban.
2.      Sulit untuk mengembangkan soal yang betul-betul objektif.
3.      Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai.
4.      Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut.
5.      Hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
6.      Sulit untuk membedakan peserta didik yang memahami materi dengan yang tidak memahami materi.
Selain tiga bentuk familiar diatas, terdapat beberapa bentuk lagi yang merupakan jenis dari bentuk tes pilihan ganda, yaitu
1.      Analisis Kasus
Pada bentuk soal ini, siswa dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya, kemudian diajukan beberapa pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.
2.      Melengkapi Berganda
Bentuk soal melengkapi berganda, biasa disebut asosiasi pilihan ganda. Struktur pertanyaan ini sama dengan melengkapi pilihan, perbedaanya adalah pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
3.      Membaca Diagram, Gambar, Grafik, dan Tabel
Bentuk soal ini mirip analisa kasus baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram,gambar,grafik dan table

B.     Tes dengan mensuplai jawaban

Mensuplai jawaban berarti siswa dalam menjawab soal/daftar pertanyaan , harus menuliskan jawaban yang menurut mereka benar ke dalam lembar jawaban. Menurut Jihad & Haris (2013) terdapat tiga bentuk lazim dari tes yang menyuplai jawaban sendiri yaitu isian, jawaban singkat dan esai.
1)      Isian
Tes isian atau melengkapi adalah suatu kalimat yang belum sempurna yang dikehendaki siswa untuk mengisi atau melengkapi kalimat dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang disediakan.
2)      Jawaban Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan tes yang dikehendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar salah. Tes objektif bentuk jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminology, fakta, prinsip, metode, prosedur dan penafsiran data yang sederhana.
3)      Esai
Esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengadung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Grounlund (1990) dalam (Sukardi, 2009))
Pada prinsipnya, ketiga jenis instrumen tes bentuk menyuplai jawaban diatas memiliki kesamaan dalam hal langkah penyusunan, kelebihan dan kekurangannya. Untuk langkah langkah yang dihadirkan menurut Sukardi adalah sebagai berikut :
1)      Terfokus, artinya pertanyaan langsung mengarah kepada capaian target belajar
2)      Item pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belaja
3)      Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu
4)      Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis, dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan
5)      Ketika mengkontruksikan sejumlah pertanyaan esai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan
Dalam proses belajar mengajar dikelas, tes esai masih banyak digunaan oleh para guru, karena tes esai memiliki beberapa kelebihan, yakni tes esai dapat digunakan untuk menilai hal-hal yang berkaitan erat dengan beberapa butir berikut (Sudijono, 2013):
1)      Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat
2)      Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
3)      Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
4)      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri
5)      Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan suatu pramasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan didalam kelas.
Disamping beberapa kelebihan, tes esai juga mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut.
1)      Dalam memeriksa jawaban pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika telah terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa dengan guru
2)      Pertanyaan esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan
3)      Bentuk pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu, ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.

Bibliography

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia.
Arikunto, S. (2009). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Djali, & Murjono, P. (2004). Pengukuran dalam Bidang Penelitian. Jakarta: Universitas Negri Jakarta.
Djemari, M. (1999). Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi. Yogyakarta: Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di MGMP SLTP tanggal 8 - 23 November 1999.
Hayati, T. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Jihad, A., & Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
KBBI (offline). (t.thn.).
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik-Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013-Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Raja Grafindo.
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama. (2015). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015. Hal 4. (t.thn.).
Salinan Permendikbud nomor 53 tahun 2015. (t.thn.).
Salinan Undang Undang nomor 20 tahun 2003. (t.thn.).
Santyasa, I. W. (2014). Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slamet. (2003). Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjiono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sukardi, H. M. (2009). Evaluasi Pendidikan Prinsip &Opersdional. Jakarta: Bumi AAksara.