Monday 29 February 2016

Perkembangan Koognitif


Defenisi Perkembangan Kogitif
Perkembangan koognitif terdiri dari dua kata, yaitu perkembangan dan koognitif.. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perkembangan adalah perihal berkembang, artinya menjadi bertambah sempurna. Selanjutnya dalam kamus psikologi The penguin Dictionori of Psikologi (1988), sebagaimana yang terdapat dalam buku Muhibbin Syah (2016:2) menyatakan bahwa perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam kehidupan manusia tanpa membedakan aspek internal dari organisme tersebut.
Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif adalah hasil pemerolehan pengetahuan. Menurut Patmonodewo (2003:27) dalam buku Vera (2014:22) kognitif diartikan sebagai tingkah laku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengetahuan atau menggunakan pengetahuan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah perubahan yang progresif  yang dalam hal pemahaman dan pengetahuan tanpa dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut.
Aspek-Aspek Kognitif
Menurut Jamaris (2006:23) yang dimuat dalam Vera (2014:23) aspek kognitif terdiri dari 3 hal, yaitu:
Berfikir simbolis
Berfikir simbolis yaitu kemampuan untuk berfikir tentang objek dan peristiwa meskipun objek tersebut masih abstrak.
Berfikir Egosentris
Berfikir egosentris yaitu berfikir tentang benar dan tidak benar, setuju atau tidak setuju berdasarkan sudut pandang pribadi.
Berfikir Intuitif
Berfikir intuitif ialah kemampuan untuk menciptakan sesuatu seperti menggambar, menyusun akan tetapi tanpa memiliki alasan yang jelas.

Tahapan Perkembangan Kognitif
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjai 4 tahap seperti yang termuat dalam Muhibbin Syah (2003:24), dua diantaranya yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
Perkembangan kognitif usia 0-2 tahun (tahap Sensori Motor)
Menurut teori piaget, sebagaimana yang terdapat dalam buku sumber Muhibbin Syah (2003), usia 0-2 tahun merupakan usia penanaman intelegensi dasar yang akan mempengaruhi tahap kognisi anak dimasa yang akan datang. Anak pada usia ini akan dipandang memiliki intelegensi praktis yang artinya ia masih belum berpikir mengenai apa yang ia lakukan dan cendrung mengikuti dunia secara paktis dan belum memiliki pengenalan objeck secara permanen. Piaget sendiri membagi tahap sensory-motor ini menjadi 6 periode

”(1)Periode 1, usia 0-1 bulan yang disebut periode penggunaan reflek. Pada periode ini yang berfungsi dan berperan bagi anak adalah reflek-reflek terutama reflek menghisap. (2)Periode 2, usia 1-4 bulan yang diebut dengan reaksi sirkuler primer. Periode ini dicirikan dengan aktivitas bayi yang berusaha mengulang melakukan kegiatan yang baru seperti menghisap jempol.(3) Periode 3, usia 4-10 bulan yang disebut dengan reaksi sirkuler sekunder. Pada reaksi sirkular sekunder, bayi menggunakan sesuatu yang berada diluar dirinya.(4)Periode 4, usia 10-12 bulan yang disebut dengan koordinasi skema sekunder. Pada periode ini bayi berusaha mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan sautu hasil yang baru.(5)Periode 5, usia 12-18 bulan yang disebut reaksi serkuler tersier. Pada periode ini piaget menjelaskan bahwa bayi akan bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda. (6)Periode 6, usia 18-24 bulan yang disebut dengan permulaan berfikir.Pada tahap ini bayi akan mulai memikirkan sesuatu secara sederhana sebelum bertindak.”


Perkembangan Kognitif usia 2-7 tahun (tahap Pra-Operasional)
Perkembangan anak pada tahap pra-operasional sudah menunjukan penguasaan sempurna  mengenai object permanence (ketetapan adanya benda), yang merupakan hasil dari munculnya aktivitas kognitif baru yang disebut mental representation (gambaran mental). Artinya anak sudah bisa mengklasifikasi terhadap benda yang penting dan tidak penting meski dengan cara yang masih sederhana.
Tahap ini disebut juga tahap intuisi. Artinya semua perbuatan rasionalanya tidak didukung oleh pemikiran, tetapi oleh unsur-unsur perasaan, kecendrungan alamiah, sikap yang diperoleh dari orang-orag yang bermakna dan lingkungan sekitar. Menurut Piaget dalm buku Muhammad Ali (2004), menjelaskan bahwa anak sangat bersifat egosentris sehingga sering kali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan ligkungan termasuk dengan orang tua nya. Piaget menyebut tahap ini sebagai Collective, monologue, pembicara yang egosentris dan sedikit hubungan dengan orang lain.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya perkembangan kognitif anak berbeda-beda tergantung rentang usia.
Daftar Pustaka
Dalyono,Drs.M.2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Heryanti,Vera.2014.Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak melalui permainan tradisional.Bengkulu:Universitas Bengkulu
Stavin,Robert.2011.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.Jakarta:PT.Indeks
Syah, Muhibbin.2003.Psikologi Belajar. Jakarta:PT.RAJAGRAFINDO PERSADA
______________.2007.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung.PT.REMAJA ROSDA KARYA
_______________.2016.Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Rajawali Pers
http://ramacahyati8910.wordpress.com/2012/12/12teori-perkembangan-kognitif -piaget/  diakses 20 februari pukul 20.35 WIB




Friday 26 February 2016

Metode pembelajara

Pengertian Metode
Metode berasal dari kata metodos yang merupakan dua unsur kata Yunani yaitu Metha yang berarti melewati dan Hodos yang berarti jalan sehingga metode adalah jalan yang dilewati. Setiap jalan yang dilewati psti akan menuju satu titik akhir maka secara implisit Nata (2009) yang dimuat dalam jurnal daniel akbar mendefenisikan metode sebagai jalan yang ditempuh untuh mencapai tujuan.
Metode Pembelajaran Kerja Kelompok
Defenisi Pembelajaran Kerja Kelompok
Pembalajaran kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar dengan cara berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas yang dirasa perlu dikerjakan secara bersama-sama.
Pembelajaran kerja kelompok sangat berpengaruh dalam memotifasi belajar bagi para peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI. Dikatakan sedemikian, karena disebabkan Para peserta didik akan lebih terpacu untuk mencari hal-hal yang belum mereka ketahui dengan cara berdiskusi dengan para satuan kelompok mereka.
Pembelajaran kerja kelompok mengandung pengertian bahwa para peserta didik dilatih membentuk suatu kepribadian kesatuan serta kebersamaan, karena dengan cara seperti ini peserta didik yang kemampuannya kurang pandai dapat bekerja sama saling tukar pengetahuan dengan peserta didik yang lebih pandai.
Penerapan Pembelajaran Kerja Kelompok
Pengkelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri, namun biasanya dalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan teman yang lebih dekat atau lebih initm.
Pengkelompokan dapat pula dilakukan oleh pendidik atas pertimbangan-pertimbangan, diantaranya untuk membedakan anak didik yang cerdas , normal, dan lemah. Akan tetapi untuk pengkelompokan seperti ini tugas seorang pendidik sebagai pembimbing akan tersa lebih berat, karena harus secara cermat memperhatikan anak didik yang lemah agar jangan sampai terlalu dirugikan. Sedangkan bagi yang cerdas jangan ada annggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak memberi manfaat baginya. Maka dalam hal ini pendidik harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk membantu rekan-rekannya yang dibawahnya (lemah).
Pendidik dalam menentukan katagori anak yang cerdas dan yang lemah tidak hanya melihat dari nilai yang ada dalam rapor atau hasil tugas sehari-hari, tetapi harus dilihat juga dari kepribadian anak didik yang bersangkutan.
Menurut teori crow and crow ciri-ciri anak yang superior (hebat) adalah :
- Observasinya tajam, cepat dan jelas dalam mengatasi pelajaran.
- Cepat memberikan jawaban apabila menerima pertanyaan.
- Pemahamannya baik dan teratur.
- Pemikirannya terang dan logis.
Ciri-ciri anak yang lamban adalah :
- Perhatiannya kurang dan jangkauan pikirannya pendek.
- Interesnya sempit.
- Mempunyai kesukaran-kesukaran dalam memusatkan perhatian.
- Sukar berpartisipasi dalam kegiatan akademis dan sosial.
- Mudah menjadi bingung dalam menghadapi masalah.
Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kerja Kelompok
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kerja kelompok, hal ini disebabkan tiap-tiap individu peserta didik berbeda-beda dalam pengetahuannya maupun kepribadiannya, Berikut beberapa kelebihan serta kekurangannya :
Kelebihan :
- Memacu motivasi peserta didik untuk aktif belajar.
- Menciptakan rasa kebersamaan serta bekerja sama.
- Menanamkan solidaritas antar teman dalam kelompok.
- Memudahkan meleksanakan tugas dari pendidik.
- Menanamkan pentingnya musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.
Kekurangan :
- Peserta didik yang mempunyai pengetahuan lemah akan diremehakan oleh yang lebih pandai.
- Membosankan bagi peserta didik pandai yang merasa rekan sekelompok tidak memberi kemanfaatan baginya.
- Rasa malas kerena jauh dari pantauan pendidik.
Manfaat
Apabila pendidik dalam menghadapi anak didik dikelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu tugas pekerjaaan yang perlu untuk dikerjakan bersama-sama maka mengajar dengan cara kerja kelompok sangatlah tepat untuk dilaksanakan
Sistem belajar kelompok di rumah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap bahan belajar yang diberikan pendidik di sekolah. Tujuan tersebut jelas akan bermanfaat bagi peserta didik peserta diskusi kelompok. Manfaatnya antara lain:
(a).meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan pendidik di sekolah.
(b).melatih kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik. (c).menumbuhkembangkan rasa sosial di antara sesama peserta didik.
(d).mengembangkan sikap dan kerja sama dalam sebuah komunitas atau tim.
(e).Menjadi ajang saling berbagi ilmu pengetahuan.
(f).Mengasah kemampuan peserta didik untuk berdiskusi dan berdebat secara sehat.

Metode Demonstrasi
Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekkan suatu benda atau alat baik asli maupun tirua, atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan.
Contohnya misalnya mendemonstrasikan suatu alat, atau dalam mata pelajaran PAI dalam praktik wudhu dapat diperlihatkan tata cara berwudhu yang baik.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Demonstrasi
Mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu atau menggunakan komponen-komponen sesuatu
Membandingkan suatu cara dengan cara lain
Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu
Ingin menunjukkan suatu keterampilan.
Langkah-langkah Penggunaan Metode Demonstrasi
Tahap persiapan
Menetapkan tujuan demonstrasi
Menetapkan langkah-langkah demonstrasi
Siapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi.
Tahap pelaksanaan
Mendemonstrasikan sesuatu sesuai dengan tujuan yang disertai dengan penjelasan lisan
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tanya jawab
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan mempraktekkan.
Tahap tindak lanjut dan evaluasi
Menugaskan kepada peserta didik untuk mencoba dan mempraktekkan apa yang telah diperagakan
Melakukan penelitian terhadap tugas yang telah diberikan dalam bentuk karya atau perbuatan.
Sisi Positif Metode Demonstrasi
Membuat pelajaran lebih menarik, lebih jelas dan lebih konkret.
Memudahkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Peserta didik dituntut aktif dalam bentuk melakukan pengamatan membandingkan antara teori dan kenyataan serta mempraktekkan secara langsung.
Sisi Negatif Metode Demonstrasi
Pendidik dituntut memiliki keterampilan khusus terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
Sulitnya memenuhi semua peralatan atau benda yang dibutuhkan untuk keperluan demonstrasi.
Diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang.


Metode Eksperimen
Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara mengajar dengan cara peserta didik diajak untuk melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari secara teori. Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu objek, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran.
Contohnya untuk membuktikan hukum Azas Black bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima dapat dibuktikan dengan melakukan eksperimen di laboratorium dengan menggunakan alat kalorimeter.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Eksperimen
Pembelajaran yang menghendaki peserta didik menunjukkan keterampilan tertentu.
Memudahkan penjelasan mengenai proses terjadinya sesuatu benda atau hal atau proses penarikan kesimpulan.

Langkah-langkah Penggunaan Metode Eksperimen
Tahap persiapan/perencanaan
Menetapkan tujuan eksperimen.
Memberikan petunjuk dan menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen
Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan eksperimen.
Tahap pelaksanaan eksperimen
Mengikutsertakan seluruh peserta didik dalam kegiatan pengamatan maupun percobaan.
Tumbuh kembangkan sikap kritis melalui kegiatan tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang diujicobakan.
Beri kesempatan setiap peserta didik untuk melakukan percobaan sehingga peserta didik merasa yakin tentang kebenaran suatu proses.
Buatlah penilaian dari kegiatan peserta didik, dalam melakukan eksperimen tersebut mulai saat persiapan dan pada waktu pelaksanaan.
Sisi Postif Metode Eksperimen
Memberikan pengalaman praktis kepada peserta didik.
Menumbuhkan kepercayaan atas kesimpulan berdasarkan percobaan.
Membina dan memupuk peserta didik menjadi ahli peneliti yang dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi umat manusia.
Memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam diri peserta didik berkaitan dengan hal yang diujicobakan.
Sisi Negatif Metode Eksperimen
Memerlukan waktu yang lama.
Metode ini lebih sesuai digunakan untuk bidang sains dan teknologi.
Anak akan mengalami kesulitan bila langsung mengadakan eksperimen.
Diperlukan berbagai fasilitas dan peralatan dalam pelaksanaannya.
Memerlukan keuletan, ketelitian dan ketabahan peserta didik dalam melaksanakannya.
Tidak semua eksperimen menghasilkan seperti apa yang diharapkan atau yang diteorikan, karena adanya faktor-faktor di luar jangkauan atau pengendalian pendidik atau peserta didik.

Metode Resistasi
Pengertian Metode Resistasi
Metose resistasi atau resistatin method adalah salah satu bentuk metode pembelajaran dimana peserta didik diberikan pemahaman terhadap materi pembelajaran melalui tugas. Syaiful Sagala (2003 : 219 ) memberikan defenisi tentang metode resistasi yaitu “metode resistasi atau penugasan adalah penyajian bahan dimana pendidik memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.” Pendapat lainnya menyatakan bahwa metode resistasi disebut juga metode pekerjan rumah dimana pendidik memberikan tugas tertentu kepada peserta didik diluar jam pelajaran (Zuhraini,dkk,1983 : 96 ). Dapat disimpulkan bahwasanya metode resistasi adalah metode pembelajaran dengan pemberian tugas setelah melakukan pembelajaran dan tugas dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Pemberian tugas pada hakikatnya adalah mengarahkan peserta didik agar melakukan hal-hal bermanfaat disetiap waktunya sehingga akan terjadi perkembangan pengetahuan yang dimiliki. Pemberian tugas (sitasi) kepada peserta didik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebelum pembelajaran yang dikenal dengan presistasi. Presistasi dimaksudkan untuk mengarahkan perhatian peserta didik terhadap motivasi dan kesiapan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran (Purwati,1997:11, dikutip dari jurnal Hertali vita pramanta). Dan yang kedua yaitu setelah melakukan pembelajaran, inilah yang disebut dengan resistasi sebagaimana yang telah didefenisikan diawal tadi.
Tujuan Pembelajaran Resistasi
Pemberian tugas pada dasarnya upaya pembimbingan yang dilakukan seorang pendidik saat peserta didik tidak dalam pengawasan mereka. Adapun beberapa tujuan yang diharapkan dari penerapan model pembelajaaran resistasi ini menurut Winarno Surachmat (1979:91) seperti ini adalah :
Merangsang agar peserta didik berusaha lebih baik memupuk inisiatif , bertanggung jawab dan berdiri sendiri
Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat peserta didik yang masih terluang waktu dari pada peserta didik agar dapat digunakan lebih konstruktif
Memperkaya pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan diluar sekolah
Memperkaya hasil belajar disekolah dengan menyelenggaraka latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.
Langkah-Langkah Penerapan
Dalam pelaksanan suatu metode ada langkah-langkah  khusus yang harus diperhatikan agar metode tersebut dapat berjalan sesuai rencana. Adapun hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam melaksanakn metode resistasi yaitu:
Pendidik
Seorang pendidik dalam memberikan beberapa aspek penting yaitu:
Mempertimbangkan apakah tugas tersebut akan dikerjakan secara individu atau kelompok
Mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kecerdasan peserta didik
Mudah dimengerti maksud dan tujuan pemberian tugas oleh peserta didik
Selalu memantau apakah ada kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan jika tugas diberikan dalam bentuk latihan
Selalu siap untuk melayani pertanyaan peserta didik jika ada materi yang belum jelas atu yang belum dimengerti
Tidak membebani peserta didik secara berlebihan. Oleh karena itu frekuensi pemberian tugas harus diperhatikan.
Jenis tugas yang diberikan bisa berupa merangkum, membuat makalah, menyelesaikan soal, observasi, demonstrasi dan menyelesaikan proyek tertentu

Peserta Didik
Menurut soekamto (1997) dalam jurnal Danil Akbar dan Yoni Hermawan yang diterbitkan oleh Universitas Galuh, ada beberapa hal yang harus dituruti peserta didik, diantaranya :
Memilih dan mendiskusikan tugas dengan pendidik
Menerima dan melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh pendidik
Menyusun rencana penyelesaian tugas
Mencari sumber-sumber data
Mengolah data baik individu maupun kelompok
Menyerahkan tugas yang telah diselesaikan
Kelebihan dan kekurangan
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode resistasi ini :
Kelebihan
Sangat baik untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal kondusif
Memupuk ras tanggung jawab terhadap semua jenis pelajaran
Menumbuhkan kebiasaaan giat belajar
Kekurangan
Seringnya tugas rumah dikerjakan orang lain
Banyak peserta didik yang hanya menyelesaikan tugas bukan mengerjakannya
Sulitnya memberikan tugas di kelas yang bersifat heterogen karena perbedaan kemampuan
Kapasitas tugas yang melebihi batas akan membuat perspeksi negatif bagi peserta didik khususnya di tingkat awal
Contoh kegiatan
Sebelum melaksanakan pembelajaran diberikan suatu pre-test atau presistasi guna melihat pengetahuan dasar peserta didik terkait materi yang diajarkan.


Metode Pembelajaran Drill
Pengertian Metode Drill
Secara defenisi yang diungkapkan oleh Rostiyah (2001:125) bahwa yang dikatakan dengan metode driil yaitu suatu cara mengajar yang mana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan , agar peserta didik memiliki ketangkasan dan keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Dalam versi lain Jeremy Harmer menyatakaan seperti yang dimuat dalam Iam Samsiah ( 2014 : 6) bahwa method of driil are thechniquewhere teacher aks student to repeat word and phrases, either in chorus or individually, and then gets them to practise substituted (but similar) phrase, still under the teacher’s direction. Selanjutnya Sri Anitha (2009:18) menyatakan bahwa metode drill atau latihan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan yang telah dipelajari oleh peserta didik sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Hamdani juga memberikan defenisi tersendiri tentang metode drill, menurutnya metode drill yaitu metode yang mengajarkan peserta didik agar peserta didik memiliki ketegasan dan keterampilan yang lebih tinggi dari hal-hal yang teah dipelajarai.
Dari beberapa pendapat tentang defenisi metode drill dari para ahli tersebut maka dapat kita simpulkan defenisi dari metode drill yaitu suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan latihan yang berkaitan dengan materi pelajaran guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan materi tersebut.


Tujuan Pembelajaran Melalui Methode Drill
Untuk memperjelas kategori yang ditonjolkan oleh suatu metode maka ada yang disebut dengan tujuan pembelajaran bermetode. Adapun tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan memanfaatkan metode drill menurut Siti Nurhidayati (2010:14) adalah sebagai berikut:
Memiliki keterampilan motorik gerak seperti menghfal kata-kata, menulis, menggunakan alat, membuat sutu benda
Mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalikan membagi, menjumlahkan, mengurangi akardalam hitungan mencongkak, mengenal benda/bentuk dalam pelajaran static, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya
Memiliki kemampuan menghubungkan atau mengkorelasikan dan juga kemampuan membandingkan sesuatu keadaan dengan yang lainnya sebagai hubungan sebab akibat
Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam penerapan metode drill
Dalam melaksanakan suatu instrument ataupun sistem maka ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan agar instrument dan sistem dapat berjalan lancar sesuai rencana. Adapun hal-hal yang menjadi catatan khusus dalam pengaplikasian metode belajar drill yaitu
Sifat dan jenis latihan yang diberikan. Sebagai catatan dalam melaksanakan metode drill seorang pendidik dituntut kreatif dalam memberikan bentuk latihan karena pada prinsipnya peserta didik akan bosan dengan mengulangi hal-hal yang sama dalam jangka waktu yang lama. Artinya setiap pertemuan bentuk latihan yang diberikan harus berbeda dari yang sebelumnya
Seorang pendidik yang menggunakan metode drill sejatinya harus paham nilai dari latihan yang diberikan baik dari aspek fisik ataupun mental serta aspek koognitif,afektif dan psikomotornya. Maka dari itu seorang pendidik harus bisa mengaitkan semua aspek tersebut kedalam latihan yang diberikan dan menemukan keterkaitannya dengan materi yang sedang dipelajari.
Prinsip dan Ketentuan Pelaksanaan Metode Drill
Beberapa prinsip yang harus dipertahankan dalam melaksanakan metode drill adalah :
Peserta didik harus diberikan pengertian yang mendalam sebeblum melaksanakan latihan tertentu
Latihan yang pertama hendaknya bersifat diagnosis
Latihan dilakukan secara rutin
Latihan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta
Proses latihan hendaknya mementingkan hal-hal yang bersifat esensial dan berguna
Adapun menurut hamdani (2011:273) dalam bukunya menyatakan bahwa ketentuan pelaksanaan metode belajar drill yaitu:
Latihan Terkontrol
Pendidik meberikan latihan soal dan meminta peserta didik untuk mengerjakannya
Pendidik memberi rahan dan petunjuk-petunjuk dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
Pendidik memberikan bantuan kepada peserta didik yang membutuhkan bantuan ataupun yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut
Pendidik memberikan perbaikan atau jawaban yang benar dri soal tersebut setelah peserta didik selesai mengerjakannya
Latihan Mandiri
Pendidik memberikan beberapa soal
Pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan soal tersebut dengan memberikan waktu yang cukup
Pendidik mengumpulkan hasil kerja peserta didik tersebut
Pendidik menilai hasil pekerjaan peserta didik
Kelebihan dan Kekurangan metode Drill
Kelebihan
Menurut Hamdani (2011), kelebihan metode ini yaitu
Ketegasan dan keterampilan peserta didik meningkat lebih tinggi dari hal-hal yang dipelajari
Seorang peserta didik benar-benar mengerti hal-hal yang telah dipelajari karena langsung diingatkan dengan latihan yang dikerjakan
Nana Sudjana(1995) menambahkan,
Dalam waktu singkat dapat diperoleh keterampilan dan penguasaan yang diharapkan
Kekurangan
Menurut Nana Sudjana (1995) kekurangan dari metode ini yaitu :
Menghambat daya inisiatif dan eksploratif peserta didik
Kurang memperhatikan relevansi dengan lingkungan
Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku
Hadja Sapoetra (2010) juga menyatakan kekurangan dari metode ini yaitu :
Dapat menimbulkan verbalisme terutama pada pelajaran yang bersifat menghafal. Dimana peserta didik terlatih untuk menguasai materi elajaran dengan cara menghafal dan secara otomatis mengingatkannya kepada pertanyaan penuntun tanpa membuat mereka berpikir logis.
Contoh pelaksanaan
Suatu pembelajaran yang ketika menyampaikan materi pelajaran pendidik menyelingi dengan memberikan latihan-latihan agar peserta didik tidak terpaku dengan penjabaran yang disampaikan oleh pendidik.

Metode Pemecahan Masalah
Defenisi Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful  Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik. Sedangkan menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa - peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa  kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
a) Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman video dan lain – lain
b) Bersifat familiar dengan peserta didik
c) Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d) Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku
e) Sesuai dengan minat peserta didik sehingga peserta didik merasa perlu untuk mempelajari
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari  metode pemecahan masalah banyak digunakan pendidik bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini pendidik tidak memberikan informasi dulu  tetapi informasi diperoleh peserta didik setelah memecahkan masalahnya.
Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah peserta didik dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya peserta didik dituntut pula untuk belajar secara kritis. Peserta didik diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan peserta didik pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peserta didik di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
Mengembangkan sikap keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
Mengembangkan kemampuan berpikir para peserta didik, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati peserta didik serta dalam berbagai macam ragam altenatif
Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Kemukakan kepada peserta didik peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada peserta didik untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari peserta didik yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.





Tahap – Tahap
Kemampuan yang diperlukan

1)      Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

2)      Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut

3)      Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian

4)Mengumpulkan dan  mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel

5)      Pembuktian hipotesis
Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan

6)   Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan telaah terhadap materi diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan semuanya dapat diterapkan pada pembelajaran manapun tergantung situasi kelas saat itu. Dan juga tak lepas dari materi yang sedang dipelajari karena bisa jadi materi yang rumit dengan metode yang tepat maka lebih mudah dipahami. Begitupun sebaliknya materi ringa bisa jadi berat jika salah dalam cara menyampaikannya.
Saran
Setelah melakukan penulisan makalah ini kami menyarankan kepada setiap pendidik agar dapat memvariasikan metode pembelajaran agar peserta didik tidak bosan dan bagi peserta didik disarankan mengikuti setiap metode pembelajaran yang diterapkan agar terjadi saling kesinambungan antara pendidik dan peserta didik









DAFTAR PUSTAKA
Anitha, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yama Pustaka.
Dr. Daradjat Zakiah.2008. metodik khususpengajaran agama islam,Jakarta : bumi aksara
Ahmad Sabri, M.Pd. 2010.quantum teaching, tb.el-faqih press.
Arends, Richard I. (2008) . Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
 Dhajiri, Ahmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VTC. Bandung : Jurusan PMPKn IKIP
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.
Sudirman,dkk.(1987.)Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain . (2006) Strategi Belajar Mengajar,  Jakarta : Rineka Cipta
Arifah, P. (2011). Penggunaan metode pembelajaran snowball drilling. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Nurhidayati, S. (2010). Implementasi Improving Learning dengan Metode Drill dan Resistasi Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Roestiyah, N. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sapoetra, H. (n.d.). Metode Latihan Drill. www.hadja-sapoetra.co.cc/2010/03/metodolatihandrillmetodologi.html: diakses tanggal 2 februari 2016 pukul 11.57.
Sudjana, N. (1995). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syamsiah, I. (2014). Penerapan metode drill untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jakarta: UIN Jakarta.
Syarifudin, dkk.2010.strategi belajar mengajar.Diadit Media
Zuhraini, dkk. 1983. Methodik khusus Prndidikan Agama.Surabaya:Usaha Nasional
Sagala,Syaiful.2003.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung:Alfabeta
Surachmat, Winarno.1979.Metodologi Pengajaran Nasional.Bandung:CV,Jemmars