Wednesday 16 January 2019

Matahari Sebagai Pusat Tata Surya

Matahari Sebagai Pusat Tata Surya
Oleh: Rizki Zakwandi, Rizka Anjani


           A. Matahari.

Tata surya adalah bagian dari benda langit yang terdiri dari matahari, delapan planet yang terbagi menjadi dua yaitu planet dalam dan juga planet luar, komet, asteroid dan juga meteoroid. Tata surya juga bisa disebut sebagai sekumpulan benda-benda langit dan matahari sebagai pusatnya (Purnama, 2008). Matahari memiliki bentuknya hampir bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet. Senyawa penyusun utama matahari ini berupa gas hidrogen (74%) dan helium (25%) terionisasi. Senyawa penyusun lainnya terdiri dari besi, nikel, silikon, sulfur, magnesium, karbon, neon, kalsium, dan kromium (Basu & Antia, 2008, hal. 5-6). Diameternya sekitar 1.392.684 km, kira-kira 109 kali diameter Bumi, dan massanya (sekitar  kilogram, 330.000 kali massa Bumi) mewakili kurang lebih 99,86% massa total tata surya (Woolfson, 2000, hal. 41).
Matahari terdiri atas bagian inti dan lapisan kulit. Bagian kulit Matahari terdiri atas lapisan fotosfer dan atmosfer. Di atas fotosfer terdapat lapisan atmosfer yang terdiri dari lapisan kromosfer dan korona.
B. Struktur Bumi
a.       Inti matahari (Barisfer)
Inti matahari adalah bagian dari matahari yang letaknya paling dalam, berdiameter sekitar 500.000 km dengan tingkat temperatur sekitar 15.000.000° C. Pada bagian ini berlangsung reaksi inti yang menyebabkan terjadinya sintesis hidrogen menjadi helium dengan karbon sebagai katalisatornya (Basu, 2009, hal. 699).
b.      Fotosfer matahari
Fotosfer matahari adalah lapisan berupa bulatan berwarna perak kekuning-kuningan yang terdiri atas gas padat bersuhu tinggi. Sinar matahari yang kita lihat dari bumi berasal dari fotosfer matahari. Pada fotosfer matahari terlihat adanya bintik atau noda hitam berdiameter sekitar 300.000 km. Bahkan ada yang berdiameter lebih besar dari diameter bumi dengan kedalaman sekitar 800 km disebut umbra. Di sekeliling umbra, biasanya terdapat lingkaran lebih terang disebut penumbra. Noda-noda hitam pada matahari secara keseluruhan disebut sun spots (Rast, Nordlund, Stein, & Toomre, 2012).
c.       Atmosfer matahari
Atmosfer matahari adalah lapisan paling luar dari matahari yang berbentuk gas, terdiri atas dua lapisan, yaitu kromosfer dan korona. Kromosfer dan korona matahari dalam keadaan normal tidak dapat terlihat dengan jelas karena tingkat terangnya lebih rendah dari fotosfer. Kromosfer dan korona matahari dapat terlihat di saat matahari tertutup oleh bulan atau sering disebut dengan gerhana matahari.
Kromosfer, yaitu lapisan atmosfer matahari bagian bawah yang terdiri atas gas yang renggang berwarna merah dengan ketebalan sekitar 10.000 km. Lapisan gas ini merupakan lapisan yang paling dinamis karena seringkali muncul tonjolan cahaya berbentuk lidah api yang memancar sampai ketinggian lebih dari 200.000 km yang disebut prominensa (protuberans).
Korona adalah lapisan atmosfer matahari bagian atas yang terdiri atas gas yang sangat renggang dan berwarna putih atau kuning kebiruan, serta memiliki ketebalan mencapai ribuan kilometer (Abhyankar, 1977, hal. 40-44).

C.    Manfaat dan peran matahari sebagai pusat tata surya
Menurut Jasin (2015), matahari memiliki banyak manfaat dan peran yang sangat penting bagi kehidupan, di antaranya:
a.       Panas matahari memberikan suhu yang sesuai untuk kelangsungan hidup organisme di bumi.
b.      Cahaya matahari dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan berklorofil untuk melakukan fotosintesis.
c.       Pergerakan rotasi bumi menyebabkan ada bagian yang menerima sinar matahari dan ada yang tidak.
d.      Matahari menjadi penyatu planet-planet dan benda angkasa lain di sistem tata surya yang bergerak atau berotasi mengelilinya.

Daftar Pustaka

Abhyankar, K. D. (1977). A Survey of the Solar Atmospheric Models. Bull. Astr. Soc. India, 40-44.
Basu. (2009). Fresh Iinsights On The Structure of The Solar Core. The Astrophysical Journal, 699.
Basu, S., & Antia, H. M. (2008). Helioseismology and Solar Abundances. Physics Reports, 5-6.
Jasin, M. (2015). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Purnama, H. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Rast, M., Nordlund, A., Stein, R. F., & Toomre, J. (2012). Ionization Effects in Three-Dimensional Solar Granulation Simulations. The Astrophysical Journal.

Woolfson, M. (2000). Astronomy and Geophysycs - The Origin and Evolution of The Solar System. New York: J. R. Astron. Soc.

No comments:

Post a Comment