EVALUASI PEMBELAJARAN: PENILAIAN TERTULIS
Terdapat istilah yang sering digunakan ketika hendak mengetahui
tingkat keberhasilan/ketercapaian suatu program yang dilaksanakan termasuk
didalamnya program pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Istilah istilah tersebut meliputi pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Pengukuran secara tata bahasa berasal dari kata ukur yang dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) didefenisiskan sebagai sukat, ukuran dan
patut. Dalam arti yang familiar pengukuran diartikan sebagai kegiatan mengukur
dalam arti memberi angka terhadap objek yang diukur (Djali & Murjono, 2004)
Penilaian memiliki arti dan cakupan yang lebih spesifik dari
pengukuran sendiri. Lebih lanjut Djali & Murjono (2004) menjelaskan bahwa penilaian
merupakan suatu tindakan atau proses yang menentukan makna suatu objek. Sehingga
dapat dipahami bahwa penilaian adalah proses menginterpretasikan data data yang
diperoleh pada saat pengukuran.
Evaluasi
secara bahasa berasal dari bahasa inggris evaluation
yang berarti penilian. Didalam buku Essentials of
Educational Evaluation karangan Wang dan Brown, dijelaskan bahwa “Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something”, yang artinya “evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada
sesuatu”. Maka dari pada itu maka proses evaluasi adalah proses yang menentukan
nilai dari suatu hal yang akan dievaluasi yang mana dalam dunia pendidikan berarti
memberi nilai terhadap segala komponen pendidikan (Sudjiono, 2013, hal. 1). Melengkapi hal
diatas I Wayan Santyasa (2014, hal. 7) menambahkan bahwa
evaluasi biasanya mengarah pada proses pembuatan/pengambilan keputusan.
Untuk membedakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
tentunya kita perlu memberikan penilaian terhadap kemampuan dan pemahaman yang
telah dimiliki peserta didik secara menyeluruh. Bentuk penilaian yang menilai
peserta didik secara menyeluruh/dari berbagai aspek dinamakan dengan penilaian
autentik (Kunandar, 2013, hal. 35). Penilaian yang
diterapkan dalam penilaian autentik ini menilaia siswa dari semua aspek
kemampuan yakni kognitif, psikomotor dan afektifnya. Ketiga aspek kemampuan
tersebut tidak bisa diukur hanya dengan satu alat ukur saja karena ranah yang
menjadi fokusnya berbeda. Oleh karena itu maka diperlukan juga berbagai bentuk
dan jenis penilaian yang akan digunakan untuk melakukan penilaian autentik ini.
Adapun bentuk dan jenis penilaian berdasarkan Permendikbud nomor 53 tahun 2015 dan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama
2015adalah sebagai berikut :
1.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kecendrungan perilaku spritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari baik
di dalam ataupun diluar kelas. Hal ini ditujukan untuk mengetahui tingkat
ketercapain/perkembangan sikap siswa dan untuk membantu siswa dalam
memfasilitasi perkembangan perilaku sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD
dari KI-1 dan KI-2. Untuk penilaian sikap, kita dapat melakukan teknik-teknik
penilaian diantaranya :
1)
Observasi/wawancara
2)
Penilain diri
3)
Penilaian antar teman
2.
Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan dengan
tujuan mengetahui tingkat penguasaa siswa terhadap pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural ataupun metafisik serta untuk memetakan kecakapan siswa
dalam berfikir tingkat rendah hingga tinggi. Untuk teknik teknik penilaian dari
penilaian pengetahuan antara lain:
1)
Penilaian tertulis
2)
Penilaian lisan
3)
Penugasan
4)
Portofolio
3.
Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kecakapan siswa dalam
melakukan pembelajaran prosedural. Untuk teknik penilaian jenis ini adalah:
1)
Penilaian kinerja
2)
Penilaian proyek
3)
Penilaian portofolio
Istilah
tes diambil dari kata testum, yaitu suatu pengertian dalam bahasa Perancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah (Arikunto,
2009, hal. 52).
Dalam KBBI tes diartikan sebagai ujian tertulis,
lisan atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan
kepribadian seseorang. Menurut Djemari
(1999 : 2) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yakni melalui respon yang diberikan terhadap
stimulus dan pertanyaan. Tes sendiri merupakan salah satu alat untuk melakukan
proses pengukuran dengan kata lain test merupakan bagian tersempit dari
evaluasi.
Sedangkan penilaian tertulis merupakan bentuk tes dimana pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang
dikehendaki dari siswa yang dites dalam bentuk tulisan baik itu berupa menulis
jawaban langsung, memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Secara
umum, penilaian tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu (Hayati, 2013, hal. 63):
a.
Soal
dengan memilih jawaban, yaitu : pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan:
dan
b.
Soal
dengan menyuplai jawaban, yaitu : isian atau melengkapi, jawaban singkat, dan
soal uraian
Jihad dan Haris (2013) menjelaskan bahwa soal
dengan bentuk memilih jawaban terdiri dari :
1)
Pilihan
Ganda/Multiple Choice
Pilihan ganda adalah suatu item yang terdiri dari suatu statement
yang belum lengkap. Untuk melengkapinya siswa harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dilihat dari strukturnya, bentuk
soal pilihan ganda terdiri dari :
a)
Stem,
yitu pertanyaan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan;
b)
Option,
yaitu sejumlah pilihan atau alternative jawaban;
c)
Kunci,
yaitu jawaban yang benar atau paling tepat;
d)
Distractor,
yaitu option-option pengecoh atau jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
Di Indonesia
sendiri bentuk soal pilihan ganda dikembangkan menjadi lima versi yaitu :
a)
Melengkapi
pilihan, merupakan bentuk soal pilihan ganda biasa
b)
Hunungan
antara “hal” dan “sebab”
c)
Analisis
Kasus
d)
Melengkapi
Berganda
e)
Membaca
Diagram, Gambar, Grafik dan Tabel
Mensuplai
jawaban memiliki arti dalam tes yang diberikan peserta didik menuliskan sendiri
jawaban yang menurut mereka benar. Adapun tes jenis ini terdiri atas :
1)
Melengkapi
Isian
2)
Memberikan
Jawaban Singkat
3)
Tes
Esai
Tes
pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes tertulis dimana jawaban yang
berkaitan dengan pertanyaan sudah tersedia, sedangkan peserta didik hanya perlu
memilih mana jawaban yang paling benar menurut mereka. Penyusunan tes/soal
bentuk pilihan ganda harus memenuhi beberapa aspek, seperti yang dipaparkan
oleh Sudijono (2013) :
1.
Pokok
persoalan (stem of item) dinyatakan
dalam satu paragaraf atau dalam bentuk pertanyaan.
2.
Harus
mengandung satu unsur jawaban benar
3.
Faktor
pengecoh harus homogen dengan pertanyaan
4.
Jawaban
benar dalam satu tes, diatur secara random pada semua item.
5.
Pertanyaan
harus mengandung satu penafsiran
6.
Pertanyaan
tidak mengandung petunjuk jawaban
7.
Kalimat
pada setiap stem sebaiknya
menggunakan kalimat positif, kecuali jika guru atau evaluator sangat perlu
menggunakan kalimat negatif
8.
Semua
pilihan jawaban sebaiknya direncakan, memiliki panjang atau jumlah kata yang
sama, dan tidak mengandung petunjuk jawaban benar
Pada penerapan di lapangan, tes pilihan ganda dapat divariasikan
menjadi beberapa bentuk tes diantaranya sebagaimana yang disampaikan oleh Jihad & Haris (2013) yaitu :
1.
Tes
pilihan ganda biasa
Tes
ilihan ganda biasa adalah instrumen tes pilihan ganda yang kebanyakan/biasa
digunakan oleh lembaga pendidikan baik tingkat sekolah, daerah ataupun tingkat
nasional seperti UN (Ujian Nasional).
Contoh
tes pilihan ganda biasa adalah seperti berikut :
Perubahan
wujud zat cair menjadi zat padat disebut…
a.
Mencair
b.
Membeku
c.
Menguap
d.
Mengembun
Dalam contoh tes diatas kita memperoleh beberapa karakteristik/ciri
dari tes pilihan ganda biasa yakni terdapat stem
dan opinion, memiliki pilihan jawaban
lebih dari satu, dan hanya terdapat satu kunci jawaban yang paling tepat.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tes jenis ini menurut Slamet (2003, hal 63)
adalah sebagai berikut :
1)
Mengukur
berbagai jenjang kognitif (dari ingatan sampai dengan evaluasi).
2)
Penskorannya
mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas
dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan.
3)
Bentuk
ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau sifatnya
massal, sedangkan hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian semester,
ujian sekolah, dan ujian akhir semester
Kekurangannya
antara lain :
1)
Memerlukan
waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya.
2)
Sulit
membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi.
3)
Terdapat
peluang untuk menebak kunci jawaban
2.
Hubungan
Hal dan Sebab
Hubungan
Antar Hal, merupakan butir soal yang terdiri dari dua pernyataan. Kedua
pernyataan itu dihubungkan dengan kata “SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan
hubungan kedua pernyataan tersebut, yaitu hubungan sebab akibat atau tidak ada
hubungan sebab akibat. Supaya kedua pernyataan itu termasuk pilihan ganda, maka
dicari variable lain yang dapat mengukur kemampuan siswa. Variabel tersebut
adalah kualitas pernyataan, yaitu apakah pernyataan pertama benar atau salah,
dan apakah pernyataan kedua benar atau salah. Dengan adanya dua hal yang harus
dinilai dari dua pernyataan tersebut, maka dapat dikembangkan tes bentuk
Hubungan Antar Hal dengan petunjuk penyelesaian sebagai berikut :
Untuk soal-soal berikut ini, pilihlah :
a)
Jika
pernyataan benar, alasan benar dan keduanya menunjukan hubungan sebab akibat
b)
Jika
pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukan hubungan sebab akibat.
c)
Jika
salah satu dari pernyataan tersebut salah
d)
Jika
kedua pernyataan salah
Contoh :
Pesawat dapat terbang di angkasa sesuai dengan
hokum Bernoulli
SEBAB
Semua gaya akan diteruskan ke segala arah dan sama besar
Kelebihan dari bentuk tes seperti ini antara lain :
1)
Dapat
mengetahui pemahaman konsep siswa
2)
Dapat
mengetahui titik atau miskonsepsi siswa
3)
Melatih
berfikir tingkat tinggi
Adapun kekurangan dari bentuk tes seperti ini adalah :
1)
Sulit
pada saat membuat soal
2)
guru
harus benar benar menyentuh/menyampaikan materi secara utuh karena tes ini
bersifat mengaitkan
3.
Tes
Benar-Salah (True-False)
Soal atau tes benar salah adalah butir soal yang terdiri dari
pernyataan (statement) yang disertai
alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah,
setuju/tidak setuju, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang
bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
Arikunto (2009) menjelaskan bahwa tes model benar-salah ini cocok digunakan untuk pemahaman pada level
pengetahuan, mengevaluasi pemahaman peserta didik tentang miskonsepsi yang
umum, dan konsep dengan dua respon logis.
Dilihat dari segi
mengerjakan atau menjawab soal, tes benar-salah dibagi menjadi 2 macam, yakni:
a)
Dengan
pembetulan (with correction), yaitu
peserta didik diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
b)
Tanpa
pembetulan (without correction),
yaitu peserta didik hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan
jawaban yang betul.
a.
Kelebihan
Tes Benar-Salah
1)
Perangkat
soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
2)
Mudah
dalam penyusunannya.
3)
Mudah
diskor.
4)
Alat
yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkaitan dengan ingatan.
5)
Digunakan
untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.
b.
Kelemahan
Tes Benar-Salah
1.
Mendorong
peserta didik untuk menebak jawaban.
2.
Sulit
untuk mengembangkan soal yang betul-betul objektif.
3.
Pernyataan
yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai.
4.
Meminta
respon peserta yang berbentuk penilaian absolut.
5.
Hanya
menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
6.
Sulit
untuk membedakan peserta didik yang memahami materi dengan yang tidak memahami
materi.
Selain tiga bentuk familiar diatas, terdapat beberapa bentuk lagi
yang merupakan jenis dari bentuk tes pilihan ganda, yaitu
1.
Analisis
Kasus
Pada
bentuk soal ini, siswa dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam
bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya, kemudian diajukan beberapa pertanyaan
dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.
2.
Melengkapi
Berganda
Bentuk
soal melengkapi berganda, biasa disebut asosiasi pilihan ganda. Struktur
pertanyaan ini sama dengan melengkapi pilihan, perbedaanya adalah pada
melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
3.
Membaca
Diagram, Gambar, Grafik, dan Tabel
Bentuk soal ini
mirip analisa kasus baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes
bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi
kasus tersebut berupa diagram,gambar,grafik dan table
Mensuplai
jawaban berarti siswa dalam menjawab soal/daftar pertanyaan , harus menuliskan
jawaban yang menurut mereka benar ke dalam lembar jawaban. Menurut Jihad &
Haris (2013) terdapat tiga bentuk lazim dari tes yang menyuplai jawaban sendiri
yaitu isian, jawaban singkat dan esai.
1)
Isian
Tes isian atau melengkapi adalah suatu kalimat yang belum sempurna
yang dikehendaki siswa untuk mengisi atau melengkapi kalimat dengan satu atau
beberapa kata pada titik-titik yang disediakan.
2)
Jawaban
Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan tes yang dikehendaki jawaban
dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol dan jawabannya hanya dapat
dinilai benar salah. Tes objektif bentuk jawaban singkat cocok untuk mengukur
pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminology, fakta, prinsip,
metode, prosedur dan penafsiran data yang sederhana.
3)
Esai
Esai adalah
salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item
pertanyaan yang masing-masing mengadung permasalahan dan menuntut jawaban siswa
melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa
(Grounlund (1990) dalam (Sukardi, 2009))
Pada prinsipnya, ketiga jenis instrumen tes bentuk menyuplai
jawaban diatas memiliki kesamaan dalam hal langkah penyusunan, kelebihan dan
kekurangannya. Untuk langkah langkah yang dihadirkan menurut Sukardi adalah
sebagai berikut :
1)
Terfokus,
artinya pertanyaan langsung mengarah kepada capaian target belajar
2)
Item
pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh
dari pengalaman hasil belaja
3)
Item-item
pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga
para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu
4)
Sertakan
petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat
memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis, dan menuangkan ide sesuai dengan
waktu yang disediakan
5)
Ketika
mengkontruksikan sejumlah pertanyaan esai, para guru hendaknya menghindari
penggunaan pertanyaan pilihan
Dalam proses
belajar mengajar dikelas, tes esai masih banyak digunaan oleh para guru, karena
tes esai memiliki beberapa kelebihan, yakni tes esai dapat digunakan untuk menilai
hal-hal yang berkaitan erat dengan beberapa butir berikut (Sudijono, 2013):
1)
Mengukur
proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara
tepat
2)
Mengukur
kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
3)
Mendorong
siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa
secara aktif.
4)
Mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat
mereka sendiri
5)
Mengetahui
seberapa jauh siswa telah memahami dan suatu pramasalahan atas dasar
pengetahuan yang diajarkan didalam kelas.
Disamping
beberapa kelebihan, tes esai juga mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut.
1)
Dalam
memeriksa jawaban pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif
yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika
telah terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa dengan guru
2)
Pertanyaan
esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa
mencakup seluruh materi yang telah diberikan
3)
Bentuk
pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa
sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu,
ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
Bibliography
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik
Indonesia.
Arikunto, S. (2009). Dasar Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Djali, & Murjono, P. (2004). Pengukuran
dalam Bidang Penelitian. Jakarta: Universitas Negri Jakarta.
Djemari, M. (1999). Pengukuran, Penilaian dan
Evaluasi. Yogyakarta: Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP
untuk Guru Inti Matematika di MGMP SLTP tanggal 8 - 23 November 1999.
Hayati, T. (2013). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: CV. Insan Mandiri.
Jihad, A., & Haris, A. (2013). Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
KBBI (offline). (t.thn.).
Kunandar. (2013). Penilaian
Autentik-Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum
2013-Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Raja Grafindo.
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah
Pertama. (2015). Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2015. Hal 4. (t.thn.).
Salinan Permendikbud nomor 53 tahun 2015. (t.thn.).
Salinan Undang Undang nomor 20 tahun 2003. (t.thn.).
Santyasa, I. W. (2014). Asesmen dan Evaluasi
Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slamet. (2003). Belajar dan Faktor Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjiono, A. (2013). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sukardi, H. M. (2009). Evaluasi Pendidikan
Prinsip &Opersdional. Jakarta: Bumi AAksara.