Friday 25 March 2016

Skala pembanding

Comparative Scale
Oleh : Rizki Zakwandi
Sebagai makhluk yang berfikir manusia mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan menyimpulkan sesuatu yang terjadi. Proses analisis dan menyimpulkan dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain kemudian menarik kesimpulan, dan juga ada cara lain yakni dengan membangdingkan suatu hal dengan hal yang lainnya. Diantara kedua hal diatas manusia lebih cendrung untuk membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, seseorang dengan orang lainnya. Dalam projeck keilmiahan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika membandingkan sesuatu diantaranya sesuatu yang dibandingkan harus sejenis, artinya tidak mungkin membandingkan antara hewan dengan manusia. Selanjutnya harus ada skala atau patokan yang menjadi pembanding, misalnya efisiensi mesin dengan acuan penggunaan bahan bakar. Disamping itu ada juga yang menjadi perhatian dalam membandingkan yaitu harus secara horizontal, sebagai contoh kita ingin membandingkan hasil program maka program tersebut harus setara dan tidak bisa kita membandingkan program pengolahan tingkat dasar basic program dengan program tingkat lanjut atau advance program.
Keseringan yang terjadi dalam kehidupan kita adalah membandingkan sesuatu yang tidak sejenis dan tidak setara ataupun tanpa acuan yang jelas. Misalnya ketika kita membandingkan hasil belajar (dalam penelitian pendidikan), sering kita membandingkan antara hasil belajar siswa IPS dengan IPA atau dengan kelompok study lainnya seperti bahasa dan agama. Pembandingan seperti ini tidak akan dapat mencapai penyelesaian karena alur dan fokus antara masing masing kelompok studi berbeda. Dalam bangku kuliah juga banyak terjadi perbandingan seperti demikian, misalnya membandingkan IPK antara mahasiswa jurusan hubungan masyarakat dengan fisika atau fisika dengan pendidikan fisika. Dalam kasus ini kita sering tidak menimbang tolak ukur yang efektif ketika membandingkannya, dalam hubungan masyarakat tuntutan yang diberikan hanya untuk berkomunikasi dengan masyarakat kita anggap dengan faktor C1, dalam program studi fisika mereka dituntut memahami konsep dan teori kita misalkan C2, sedangkan dalam program studi pendidikan fisika mereka dituntut untuk mampu menguasai konsep dan berkomunikasi sehingga harus menguasai C1 dan C2. Maka kita tidak bisa membandingkan begitu saja. Alternative lain yang bisa ditinjau sebagai pembanding adalah kontribusi dan dedikasi serta peran serta mereka dalam mengaplikasikan ilmu mereka.