Thursday 24 March 2016

Tafsir ayat alquran


                   Isi kandungan dan tafsir quran
                                       Oleh
                              >Rizki Zakwandi<



 Relasi Bahasa Alquran dengan Bahasa Arab
Contohnya adalah firman Allah dalam Quran surat Al-Kahfi, 18:107 yang berbunyi:

“Sesungguhnya rang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal”
Pemaknaan kata firdaus dalam kamus bahasa arab adalah kebun kurma atau kebun anggur. Penggambaran surga seperti kebun bukanlah menyatakan makna bahwa di dalam surga tersebut bagaikan perkebunan yang ada di sunia akan tetapi penggambaran seperti demikian karena melihat objek atau sasaran dakwah kala itu yakni bangsa arab yang sangat menginginkan perkebunan kurma atau anggur. Beda halnya ketika ayat tersebut turun di zaman sekarang ini yang seseorang memandang perkebunan sebagai suatu yang memikat maka redaksi dari ayat tersebut juga mungkin akan berubah.
Sebagai contoh lainnya terdapat dala firman Allah dalam quran surat alqoriah ayat 5 dalam penggambaran peristiwa kiamat yang berbunyi :
“dan gunung gunung seperti bulu bulu yang dihamburkan”
Perumpamaan kiamat seperti gunung yang dihamburkan juga merujuk kepada audien dakwah yakni bangsa arab dimana di mekah terdapat banyak sekali gunung gunung besar dan hampir tidak ada laut dan mereka sangat takut dan merasa tidak percaya bahwa bunung besar bisa terbang seperti bulu.
Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat
Contohnya adalah firman Allah dalam Quran surat al-Mu’min ayat 56 yangberbunyi :
     
“sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindugan kepada Allah sesungguhnya dia maha mendengan lagimaha melihat”
Jika kalimat di akhir ayat Allah maha mendengar dan melihat kita artikan sebagaimana melihatnya makhlu maka sangat tidak masuk akal karena sebagai pencipta Allah mempunyai sifat yang berbeda dengan ciptaannya, sehingga makna kata melihat disisni adalah melihatnya Allah yang mana penglihatan Allah mampu melihat segla sesuatu tidak seperti penglihatan manusia. Disinilah fungsi atau gambaran salah satu ayat mutasyabihat yang ada di dalam alquran.
Selain contoh ayat yang diatas ada lagi contoh ayat yang bersifat mutasyabih seperti firman Allah dalam quran surat Ibrahim ayat 4 yaitu :

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Pemaknaan kata bahasa kaumnya memiliki arti luas karena pada saat ini bahasa tersebut lebih dari satu juta bahasa. Berbagai pemahaman bisa muncul jika ayat ini dimaknai secara tekstual bahwa nabi Muhammad saw hanya untuk orang Arab bukan untuk bangsa lainnya sehingga dibutuhkannya kajian lebig mendalam mengenai ayat ini.
Menjadikan muhkam ayat yang mutasyabihat
Contohnya adalah firan Allah dalam quran surat al-fatiha ayat 4

“Yang Menguasai Hari Pembalasan”
Pada awalnya ayat ini di golongkan kepada ayat yang mutasyabihatkarena tidak ada yang tahu apa itu hari pembalasan dan seperti apa hari pemalasan tersebut. Keudian ayat ini berubah kondisi menjadi ayat yang muhkam dengan dijelaskannya apa itu hari pembalasan oleh surat al-infithar ayat 17-19 yang berbunyi


“Tahukah kamu apa hari kiamat itu? Sekali lagi, apakah kamu tahu apa hari kiamat itu? Hari ketika tak seorangpun berdaya menolong orang lain . dan segala urusan pada saat itu dalam kekuasaan Allah.”
Dengan  adanya penjelasan tentang hari kiamat maka ayat ke 4 dari surat alfatihah tidak lagi menjadi mutasyabihat namun sudah dalam keadaan muhkam.
Contoh lainnya yaitu sebagaimana yang terdapat dalam quran surat al hujurat ayat ke 1 yang berbunyi

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Masih berhubugan dengan sifat Allah yang maha melihat, ayat ini pada awalnya diyakini bahwa Allah memiliki penglihatan sebagaimana halnya manusia akan tetapi kemudian dimuhkamkan oleh surat as-syuro ayat 11 yang berbunyi

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
Bahwa Allah swt tidak memiliki sifat yang setara dengan ciptaannya.
Cara mengetahui asbabun nuzul suatu ayat
Contohnya yaitu asbabun nuzul quran surat al-ikhlas yang berbunyi :


“Katakanlah hai Muhammad Dialah Allah yang maha esa,,Allah tempat bergantung padanya segala sesuatu,Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan”
Dalam riwayat ayat ini turun ketika orang musyrik mekah menanyakan nasab Allah dan orang yahudi madinah menanyakan sifat dari Allah swt.dengan demikian surat dan ayat ini turun berdasarkan suatu peristiwa.
Contoh lain dari asbabun nuzul ayat yang juga berkaitan dengan suatu peristiwa adalah turunnya quran surat Al Baqoroh ayat 222 yang berbunyi :

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Adapun kesamaan antara proses asbabun nuzul dari kedua surat diatas adalah sama-sama menjawab pertanyaan dan tingkah laku kafir qurays dimana pada ayat yang pertama mereka menanyakan tentang sifat dan nasab Allah sedangkan pada ayat kedua tanggapan terhadap tingkah laku mereka mengucilkan perempuan yang haid. Ayat yang kedua ini diketahui asbabun nuzul juga melalui riwayat yang diperoleh dari riwayat anas bin malik.
Pembagian Munasabah
Contohnya dalam alquran adalah munasabah antara surat alfatiha ayat 7 dengan surat albaqoroh dan ali Imran. Adapun surat alfatiha ayat 7 berbunyi
“yaitu jalan orang-orang yang teah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat”
Kata mereka yang sesat kemudian di jelaskan oleh surat albaqoroh yang didalamnya berbicara tentang orang Yahudi dan dilanjutkan oleh surat Ali-Imran yng berbicara tentang orang Nasrani.
Contoh lainnya dalam alquran adalah munasabah atara surat al falaq dengan surat annas. Dalam surat al falaq terdapat kata kejahatan makhluk-Nya yang kemudian dijelaskan oleh ssurat annas bahwa makhluk yang dimaksud adalah setan yang berasal dari golongan jin dan manusia.
Kemukjizatan bahasa alquran
Salah satu contoh mukjizat bahasa alquran adalah firman Allah dalam quran surat al a’rof ayat 107 :


“Maka Musa menjatuhkan tongkatnya lalu seketika itu tongkatnya berubah menjadi ular yang sebenarnya”
Dan Quran surat Thaha ayat 20


“lalu dilemparkannya tongkat itu lalu tiba-tiba berubah menjadi ular yang merayap dengan ceoat”
Pada potongan ayat diatas yang menjadi kemukjizatan alquran adalah memuat sejarah atau sirah dari mukjizat nabi sebelumnya. Dimana pada potongan ayat diatas mukjizat nabi musa adalah memiliki ular besar yang bergerak lincah bak ular kecil dan ular tersebut bersal dari tongkat-nya.
Selain hal diatas kemukjizatan alquran adalah mampu meramalkan masa depan sebagaimana firman allah dalam quran surat al hajj ayat 46 yang berbunyi

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Kejadian seperti ini telah diramalkan oleh alquran 1500 tahun yang lalu. Buta pada ayat ini ditafsirkan sebagai tidak berpengatahuan. Hal ini terbukti saat ini dimana banyak orang yang berpengetahuan akan tetapi masih berbuat zalim seolah-olah mereka tidak tahu. Potret seperti ini tidak hanya terjadi di Negara non islam akan tetapi juga terjadi di Negara islam seperti Indonesia.
Pembagian terjemahan alquran
Salah satu bentuk penerjemahan alquran adalah secara tekstual atau yang dikenal secara harfiah. Sebagai contoh penerjemahan secara harfiah adalah firman Allah swt dalam quran surat al-isra’ ayat 29 yang berbunyi :

“dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”
Pada penerjemahan ayat secara tekstual tidak bisa dipakai sepenuhnya karena ayat juga terdiri dari ayat muhkam dan mutasyabih. Pada ayat diatas mengandung makna mutasyabih yang kemudian ditafsirkan bahwa terbelenggu dan mengulur adalah perumpaan sesuatu.
Sebagai contoh lain adalah firman Allah dalam quran surat an nahal ayat 78

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
 Penerjemahan kata afidah dalam ayat diatas diartikan secara tekstual, sedangkan pemaknaannya tidak relevan dengan makna kata sebelumnya dimana kata sebelumnya menyinggung bagaimana seseorang mendapatkan suatu informasi dan hati bukan menjadi sesuatu penerima informasi, maka pemaknaannya lebih kepada pemikiran atau akal sebagi pengolah informasi.
Kekeliruan dalam tafsir
Sebagai contoh kekeliruan dalam hal tafsir adalah dalam quran surat attaubah ayat 3 yang berbunyi:

“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar[628] bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”
Kekeliruan yang terdapat dalam ayat ini adalah ketika pelafadzan kata rasul dengan harkat kasrah sehingga menimbulkan makna lain menjadi Allah berlepas diri dari orang musyrik dan Rasul-Nya. Penafsiran demikiaan menunjukkan bahwa Allah sendiri melepaskan utusannya dimuka bumi ini. Sedangkan makna yang dapat diterima adalah Allah dan Rasulnya berlepas diri dari orang musyrik.
Ayat lain yang juga mengalami perubahan makna adalah quran surat al mukminun ayat 14 tentang proses penciptaan manusia dari segumpal darah yang berbunyi :


“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Pergeseran makna alaqotan menjadi segumpal darah pada dasarnya adalah karena belum sampainya tim penerjemah alquran dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan tidak ditemukannya dalam proses kejadian manusia ada proses pegumpalan darah adanya proses perubahan dari zigot menjadi embrio yang kemudian menempel di dinding rahim. Dala bahasa arab sendiri kata alaqotan berarti lintah, sehingga penafsiran yang peling mendekati adalah embrio bukannya segumpal darah.
Cara mempelajari ilmu alquran
Dalam pembahasan mengenai ilmu alquran beberapa cara penamaan alquran adalah sebagai berikut, misalnya sesuai peristiwa besar seperti surat at-taubah yang dikisahkan saat perang tabuk ada beberapa orang sahabat yang berpaling dan kemudian mereka bertaubat dan Allah mengampuni mereka sebagaimana yang terdapat dalam quran surat at-taubah 102 yang berbunyi :


“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Contoh lain dalam penamaan surat adalah dengan melihat isi kandungannya seperti surat al-qoriah ayat 1-3 yang berbunyi


“Hari Kiamat*apakah hari kiamat itu*Tahukah kamu apakah hari kiamat itu*”
Penamaan surat dengan al-qoriah sesuai dengan makna dan pembahasan yang ada di dalam surat. Secara beruntun 3 ayat pertama mengulang kata alqoriah dan ayat ke empat dan seterusnya memaparkan apa itu hari kiamat. Secara bahasa kata kiamat bisa berarti banyak akan tetapi dalam konteks yang terdapat di dalam ayat adalah alqoriah maka penamaanyaun sesuai dengan kata tersebut.
Pentingnya mempelajari bahasa alquran dalam memahami alquran
Contohnya adalah quran surat al anam ayat 82 yang berbunyi :

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Pengetahuan bahasa dalam memahami alquran sangat dibutuhkan karena dapat berakibat salah pemahaman dalam memahami ayat alquran. Sebagai contoh dari ayat diatas bahwa pada waktu turunnya ayat tersebut membuat sahabat gelisah karena mereka yakin setiap orang pasti pernah berbuat zalim. Kemudian rasul menjelaskan bahwa yang dimaksudkan zalim adalah apa yang dijelaskan dalam surat luqman yaitu orang yang menyekutukan Allah swt.
Contoh lainnya adalah pemahaman terhadap quran surat azzariyat ayat 56 yang berbunyi:


“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaku”
Pemahaman terhadap kata mengabdi secara tekstual berarti mengahamba yaitu hanya mengerjakan apa yang diperintahkan saja oleh Allah swt. hal tersebut tentu tidak cukup karena pada dasarnya yang lngsung dari Allah hanya perkara utama dalam ibadah sedangkan yang bersifat tambahan datangnya dari nabi saw maka perlu dipahami bahwa mengabdi disini juga mengabdi kepada utusan Allah.
Dari kedua ayat diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk memahami dan mempelajari alquran tidak cukup dengan kamus baahasa arab saja akan tetapi mesti disertai deng