Perkembangan Bimbingan dan Konseling secara Umum
Menurut
salah satu literatur imam tertentu, peristiwa konseling paling awal dalam
sejarah manusia (meski harus dibuktikan lebih jauh kebenarannya) adalah ketika
Adam menuai konsekuensi akibat memakan buah terlarang di taman Eden. Kapan
persisnya konseling dimulai jelas memerlukan penelitian yang ekstensif, namun
ribuan bukti yang lain menunjukkan kalau dari abad ke abad manusia selalu
meminta nasihat, petunjuk dan bimbingan orang lain yang dianggap memiliki
pengetahuan yang superior, wahyu atau pengalaman unggul.
Bimbingan
dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika
Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda untuk memperoleh pekerjaan
yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang
pendidikan. Dari segi wilayah geografis, bimbingan dan konseling tidak
lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar
ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980
bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di
negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat. Munculnya Bimbingan dan
Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari dinamika
masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup
masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler
dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak
terlepas dari paham sekuler dan liberal.
Meskipun
konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak
diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk
masyarakat Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya.
Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di
lingkungan masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda.
Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada
sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di
Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah
pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan
Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang
cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile
Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard
memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield.
Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem
sekolahnya.
Perkembangan
bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950.
Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance
Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA
mengubah namanya menjadi AACD (American
Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi
lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA).
Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para
konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya. Di
samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam
cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai
suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya
(1) Journal of Counseling and Development; (2) Journal of College
Student Personnel; (3) Counselor Education and Supervision; dan (4) The
Career Development Quarterly.
Perkembangan
layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Jika di Amerika
dimulai usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur-angsur menjadi
usaha pemerintah. Sedangkan Indonesia perkembangannya dimulai dengan kegiatan
di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Mengenai penggunaan istilah
Guidance dan Counseling di Indonesia ada yang yang tetap menggunakan istiah bahasa
asing sehingga sering disingkat “GC”, Bimbingan dan Penyuluhan dengan singkatan
“BP”dan Bimbingan dan konseling dengan singkatan “BK”. Dan dipergunakan di IKIP
(Isntitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) YOGYAKARTA
adalah Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan
dan konseling secara formal dibicarakan oleh para ahli baru pada tahun 1960.
Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958, Drs.Tohari musnamar, dosen IKIP
Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di sekolah untuk pertama kali di
SMA Teladan Yogyakarta. Sedang pada tahun 1960 di adakan konferensi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) seluruh
Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam
FKIP. Dan pada tahun 1961 mulai diadakan layanan bimbingan dan konseling
diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak itu lah BK di Indonesia dimulai.
Pada
kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan
dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus
dilaksanakan pada tiap-tiap sekolah. Perkembangan mengenai bimbingan dan
konseling disekolah di Indonesia sangat dirasakan perlu dan pentingnya ada
pembimbing khusus (profesional) yang mengenai bimbingan dan konseling di
sekolah.
Perumusan
dan pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA disusul dengan
berbagai pengembangan layanan bimbingan dan konseling disekolah, seperti rapat
kerja, penataran dan lokakarya. Puncak dari usaha ini adalah didirikannnya
jurusan bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) negeri. Salah satu yang membuka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
adalah IKIP Bandung pada tahun 1963 yang sekarang dikenal dengan nama UPI.
Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui proyek
pembaharuan pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) yang diuji coba didelapan IKIP, menghasilkan dua naskah penting dalam
sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia yaitu:
a.
Pola dasar
rencana dan pengembangan program bimbingan dan penyuluhan melalui proyek-proyek
perintis sekolah pembangunan.
b.
Pedoma
operasional pelayanan bimbingan pada proyek-proyek perintis sekolah
pembangunan.
Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap
perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno
(2003) mengemukakan bahwa peridesasi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia melalui lima periode yaitu:
1)
Wacana dan
Pengenalan (sebelum 1960 sampai 1970-an)
Pada periode ini pembicaraan tentang bimbingan dan
konseling telah dimulai, terutama oleh para pendidik yang telah mempelajari
diluar negeri dengan dibukanya juruan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung
pada tahun 1963. Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang
secara tidak langsung memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada
masyarakat, akademik, dan pendidikan. Kesuksesan periode ini ditandai dengan
diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan kebutuhan
akan pelayanan tersebut.
2)
Pemasyarakatan
(1970 sampai 1990-an)
Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk
sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat atas dengan mengintregasikan
layanan BP untuk siswa. Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan
nama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia). Pada periode ini ditandai
dengan berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan pada bimbingan karir. Pada
periode ini muncul beberapa masalah seperti: berkembangnya pemahaman yang
keliru yaitu mengidentikan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul
istilah BP/BK, kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpa No 26 tahun 1989
terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua guru
dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan pelayanan BP
menjadi kabur baik pemahaman maupun mengimplementasikannya.
3)
Konsolidasi
(1990-2000)
Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah
kebijakan bahwa pelayanan BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru yang
ditandai dengan : 1) diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling
istilah yang dipakai sekarang adalah bimbingan dan konseling “BK” 2) pelayanan
BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secra khusus
ditugasi untuk itu 3) mulai diselenggarakan penataran (nasional dan daerah)
untuk guru-guru pembimbing 4) mulai adanya formasi untuk mengangkat
menjadi guru pembimbing 5) pola pelayanan BK disekolah dikemas “BK Pola 17” 6) dalam
bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK 7) dikembangkannya
sejumlah panduan pelayanan BK disekolah yang lebih operasional oleh IPBI.
4)
Lepas Landas
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat
mencapai hasil-hasil yang memadai, sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di
Indonesia sudah dapat di tinggal landas. Namun kenyataannya masih ada
permasalahan yang belum terkonsolidasi yang berkenaan dengan SDM yaitu
mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para
pelaksana pelayanan. Namun pada tahun-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju
era lepas landas yaitu : 1) penggantian nama organisasi profesi dari IPBI
menjadi ABKIN; 2) Lahirnya undang-undang no. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang didalamnya termuat ketentuan
bahwa konselor termasuk salah satu tenaga pendidik (bab I pasal 1 ayat 6; 3) kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti
depdiknas tentang standarisasi profesi konseling; 4) Kerja
sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru pembimbing
(konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan
dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3
disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan
bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik
yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama
organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh
pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang
mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.