Wednesday 18 October 2017

Kisah bijak tukang kayu



Tukang kayu dan anaknya
            Dahulu kala, di sebuah desa ada di pinggir hutan hiduplah seorang tukang kayu dan anaknya yang masih muda dan kuat. Bapaknya tiap hari bekeja membuat peralatan yang terbuat dari kayu seperti meja, kursi, lemari dan tempat tidur. Sedangkan si anak pagi pagi pergi kesekolah untuk belajar dan pulang setelah matahari mulai menghilang. Suatu hari sang anak bermain bola bersama teman temannya disaat jam istirahat dan tanpa sengaja memecahkan pot bunga sekolah yang ada di depan kelasnya. Lantas semua yang bermain waktu itu kabur dan menghilang karena takut dimarahi oleh gurunya. Tapi si anak tukang kayu tidak, ia mendekati pot bunga yang dipecahkan temannya itu dan mengumpulkannya serta membersihkan bekas tanah yang berserakan. Tak lama berselang gurupun datang menghampirinya dan tanpa piker panjang melayangkan tanggannya ke pipi sang anak. “dasar anak tak tahu diri, sudah tak bisa bayar uang sekolah sekarang juga menghancurkan fasilitas sekolah” kata sang guru. Si anak terisak dan berlari pulang kerumahnya. Dirumah ia menceritakan kejadian yang di alaminya kepada ayahnya, “ayahku, mengapa guru itu mengatakan hal itu kepadaku? Padahal aku hanya ingin memperbaikinya yah”tanyanya. Ayahnya tersenyum, membuat si anak keheranan. “Anakku, mari kamu ikut denganku ke bengkel”ajaknya. “Kamu lihat begaimana pekerjaan ayah, membuat dan memperbaiki perabotan kayu masyarakat, nanti sore akan datang orang yang memesan kursi ini kesini, kamu tunggulah”ungkap sang ayah.
            Setelah sore, pemilik kursi itupun datang untuk menjemput kursinya. Tukang kayu itu memperlihatkan hasil kerjanya kepada sang pemesan dan si anak tukang kayu berdiri di samping sang ayah. Setelah melihat lihat hasil pesanannya si pemesan bergumam,”hei tukang kayu, kenapa kursi saya jadi miring seperti ini, apakah kamu tidak bisa membuat kursi yang lurus untuk diduduki?” “Pak, kursi ini saya miringkan supaya bapak lebih nyaman duduk di atasnya dan supaya punggung bapak tidak kaku”jawab si tukang kayu. Setelah berdebat tentang pesanannya dan si tukang kayu pun berulang kali menjelaskan kegunaan kursi yang ia buat. Akhirnya sipemesan kursipun mengerti dan mengucapkan terima kasih kepada si tukang kayu bahkan membayar lebih mahal dari perjanjian mereka semula karena si tukang kayu telah memikirkan dampak lain dan meningkatkan kualitas pesanannya. Setelah pemesan kursi pergi, si tukang kayu pergi dan memanggil anaknya. Wahai anakku, kamu lihat apa yang barusan terjadi? Ketika pemesan kursi itu datang dan marah karena hasilnya tak seperti yang ia inginkan? Begitulah manusia nak, mereka hanya melihat apa yang dia inginkan dan akan berusaha untuk menemukan kesalahan sekecil apapun untuk menjatuhkan manusia yang lain. Mereka tidak ingin tahu bagaimana dampaknya.
            Wahai sahabatku, tak terasa kita memang sering melakukan hal tersebut kepada orang lain, marah kepadanya karena melakukan kesalahan tapi kita tidak mengerti kebaikan dari kesalahan yang dia perbuat. Bahkan kita sering menjatuhkannya hanya karena salah menggunakan bahasa. Sangat sadis memang kehidupan seperti itu ketika seseorang kita jatuhkan hanya karena kesalahan kecil namun kita membesar-besarkannya.